Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan pandemi Covid-19 berdampak pada kesehatan yang berimbas ke sosial dan ekonomi. Di bidang ini, 70 persen pekerja merupakan kaum perempuan.
“Pandemi memberi dampak yang asimetris antara laki-laki dan perempuan karena exposure [paparan] sangat besar di bidang kesehatan. Begitu pula di bidang sosial,” kataya saat sambutan dalam event virtual, Rabu (21/4/2021).
Berbicara pekerja sosial, Sri Mulyani menjelaskan efek dari pandemi tidak sama antara pria dan wanita. Menurutnya, beban kaum hawa menjadi lebih berat apalagi saat adanya kebijakan di rumah (work from home/WFH).
Secara kebiasaan, lanjutnya, peran perempuan di dalam keluarga sangat besar sehingga pada WFH. Tak heran, beban kembali pada rumah ada jauh lebih besar ke perempuan.
Sri menuturkan hal ini bukan fenomena baru. Raden Ajeng Kartini pada 1902 sudah membicarakan ini melalui surat-suratnya. Di sisi lain, kesempatan perempuan mendapat pendidikan dan karir sangat dibatasi. Berdasarkan studi yang dilakukan McKinsey & Company, pekerjaan di luar rumah bagi perempuan 1,8 kali lebih rentan dibandingkan laki-laki dalam situasi krisis.
“Artinya, posisi perempuan lebih vulnerable [rentan] entah dari sisi pekerjaannya. Dia akan dikurangi lebih dulu sehingga kalau ada PHK mereka akan lebih cepat terancam pekerjaannya,” ucapnya.
Padahal, perempuan memiliki peran luar biasa dari semua sisi. Oleh karena itu, tambah Sri, kesetaraan gender dapat memberikan manfaat terhadap kehidupan, termasuk dalam perekonomian.
Khusus untuk kawasan Asia Pasifik, kesamaan gender dari peran perempuan di bidang ekonomi bisa memberi nilai tambah US$4,5 triliun.
“Salah satu statistik dari McKinsey & Company menunjukkan, secara global apabila perekonomian memberi kesempatan yang sama bagi perempuan, maka ekonomi global bisa mendapat manfaat US$12 triliun pada 2025,” kata Sri Mulyani.