Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendata jumlah badan usaha jasa konstruksi (BUJK) asing di dalam negeri meningkat. Peningkatan tersebut terjadi pada BUJK asing dan BUJK hasil penanaman modal asing (PMA).
Kementerian PUPR mendata enam unit BUJK asing gulung tikar pada 2020, tetapi BUJK asing baru yang masuk ke dalam negeri mencapai 30. Pandemi Covid-19 tidak menutup BUJK PMA, bahkan jumlahnya bertambah tiga unit menjadi 217 unit.
"Menurut saya, mereka [BUJK asing] membuka [kantor di dalam negeri] tidak dadakan, pasti sudah punya rencana jauh sebelumya," kata Plt. DIrektur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Trisasongko Widianto kepada Bisnis pada Selasa (20/4/2021).
Sebelumnya, Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) menyatakan belum ada tanda-tanda badan usaha kontraktor asing akan hengkang dari Indonesia setelah 1 tahun pandemi berjalan.
Ketua Umum AKI Budi Harto mengatakan hal tersebut disebabkan oleh kepastian sumber pendanaan proyek-proyek yang ditangani badan usaha kontraktor asing. Budi mengemukakan kontraktor asing hanya mengerjakan proyek-proyek infrastruktur pemerintah dengan dana pinjaman luar negeri.
"[Kontraktor asing] belum ada yang akan hengkang, mereka tidak ada masalah," ujarnya kepada Bisnis.
Budi berujar kontraktor asing memiliki arus kas yang baik selama pandemi Covid-19. Pasalnya, lanjut Budi, proyek-proyek yang dikerjakan kontraktor asing memiliki kepastian dana mengingat sumber dana proyek tersebut berasal dari negara asal kontraktor yang notabenenya merupakan pinjaman.
Sementara itu, proyek-proyek yang menggunakan anggaran negara acap kali tertunda karena proses refocusing untuk anggaran penanganan Covid-19. Dengan demikian, sebagian arus kas kontraktor lokal kurang lancar.
"[Mungkin] ada proyek-proyek besar yang jalan di luar dana pemerintah [pada tahun lalu]. Pada saat pandemi, mungkin negara meningkatkan investasi asing yang cukup signifikan dan membawa pelaku jasa konstruksi asing masuk juga," kata Wakil Sekretaris Jenderal II Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Errika Ferdinata kepada Bisnis.
Errika memperkirakan jumlah BUJK lokal anjlok sekitar 50 persen akibat pandemi Covid-19. Angka tersebut, menurutnya, didapatkan dari menurunnya jumlah BUJK yang melakukan pendaftaran ulang ke asosiasi.
Sementara itu, Kementerian PUPR mendata jumlah BUJK asing naik 4,41 persen secara tahunan atau sebanyak 24 unit menjadi 568 unit. Adapun, ada 22 unit BUJK asing yang masuk ke dalam negeri pada 2019.
Walaupun menduga ada proyek asing baru di dalam negeri pada tahun lalu, Errika menyatakan pihaknya belum mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai proyek dengan dana asing di Nusantara. Walakin, Errika berpendapat bertambahnya jumlah BUJK asing dapat menjadi katalis positif bagi industri konstruksi nasional.
Alasannya, menurut dia, proyek-proyek yang dikerjakan BUJK asing notabenenya memiliki nilai yang besar. Artinya, industri konstruksi nasional memiliki tambahan lokomotif baru untuk menggerakkan industri konstruksi nasional.
"Kami tidak bisa menilai ini baik atau buruk. Kalau rombongan [BUJK] asing masuk tapi [BUJK lokal] jadi penonton, tidak bagus juga. Namun, kalau masuk dan mengajak perusahaan lokal untuk berpartisipasi, lebih bermanfaat secara luas," ujarnya.