Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ambisi Iklim Presiden AS Joe Biden Berpeluang Tekan China dan India

Pemerintah AS berkomitmen untuk pengurangan emisi sebesar 50 persen atau lebih dari level 2005 pada 2030.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden./Antara-Reuters
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden berencana mengungkap ambisi iklimnya pada pertemuan puncak perubahan iklim akhir bulan ini, di mana AS bertindak sebagai tuan rumah.

Pemerintah AS berkomitmen untuk pengurangan emisi sebesar 50 persen atau lebih dari level 2005 pada 2030. Dilansir Bloomberg, Senin (12/4/2021), menurut orang-orang yang dekat dengan masalah ini, para pejabat melihat peluang di seluruh pemerintah federal pada penetapan standar, investasi energi bersih dan rencana infrastruktur yang tangguh.

Tidak pasti apakah AS benar-benar dapat mewujudkan rencana yang begitu berani itu, tetapi indikasi bahwa Biden bersedia menaikkan taruhan secara signifikan pada target emisi dapat memberi tekanan pada China, yang telah mencoba memposisikan dirinya sebagai pemimpin dalam pengurangan gas rumah kaca.

Yang juga bergantung pada ambisi AS adalah bentuk transisi energi India. Pencemar terbesar ketiga di dunia itu belum secara terbuka berkomitmen untuk menempuh jalan menuju nol emisi. Menurut analis BloombergNEF Ali Izadi-Najafabadi, selama KTT, Biden kemungkinan akan mendesak komitmen dari Perdana Menteri Narendra Modi, yang mungkin berusaha mengikat janji untuk bantuan transisi energi.

Pemerintah AS membentuk target agresif karena berusaha membangun kembali kepercayaan dengan negara-negara yang merenggang setelah mantan Presiden Donald Trump menarik diri dari perjanjian Paris.

Hal yang dipertaruhkan adalah kemampuan untuk menciptakan standar dan mengembangkan peralatan serta teknologi yang akan digunakan selama beberapa dekade untuk mentransisikan ekonomi global.

“Anda dapat membatalkan regulasi, tetapi Anda tidak dapat menghapus kemajuan teknologi. Semoga rencana domestik AS akan diikuti oleh program ambisius untuk berinvestasi dalam transisi rendah karbon di negara-negara berkembang," kata Lauri Myllyvirta, analis utama di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih.

Menangani perubahan iklim telah menjadi alat kebijakan luar negeri yang efektif bagi Xi Jinping sejak dia menjadi presiden China pada 2013.

Dia dan mantan Presiden Barack Obama menyusun perjanjian emisi bilateral pada 2014 yang membantu membuka jalan bagi pakta iklim Paris pada 2015. Ketika pemerintahan Trump meninggalkannya, Xi mulai menegaskan lebih banyak peran kepemimpinan global di area tersebut.

Xi tahun lalu mengumumkan bahwa China akan mencapai nol emisi pada 2060. Kebijakannya juga telah membawa China ke peran utama dunia dalam pembuatan panel surya, turbin angin, dan kendaraan listrik.

Tak hanya China dan India, Izadi-Najafabadi juga mengatakan hal itu akan berpengaruh ke negara-negara Asia yang juga ikut ambil bagian dalam KTT itu.

Di Jepang, Perdana Menteri Yoshihide Suga mungkin secara resmi akan mengumumkan target emisi baru. Negara ini berencana untuk menetapkan target pada 2030 untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 45 persen dibandingkan dengan tingkat 2013.

Adapun Pemerintah Presiden Joko Widodo ingin memanfaatkan sumber daya nikel Indonesia yang kaya untuk membangun industri manufaktur baterai lithium-ion domestik, dan dia mungkin mencari kesepakatan bilateral untuk kerja sama energi terbarukan serta kapasitas produksi baterai di Indonesia.

Sementara Presiden Korea Selatan Moon Jae-In kemungkinan akan mengulangi target nol emisi pada 2050 dan rencana investasi terkait. Mungkin juga ada beberapa pengumuman seputar peningkatan kerja sama bilateral untuk membantu negara berkembang.

Adapun, Vietnam yang telah mengalami pertumbuhan pesat dalam penggunaan energi terbarukan, didorong oleh banyak produsen internasional termasuk Apple Inc. dan Google untuk mempermudah pengadaan listrik yang bersih. Ini mungkin area di mana Hanoi dan Washington dapat mengumumkan sesuatu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper