Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Segini Perkiraan Modal Awal Pembentukan Indonesia Battery Holding

Pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir diperkirakan membutuhkan investasi US$13,4 miliar—US$17,4 miliar.
Kegiatan operasional pertambangan anggota MIND ID./mind.id
Kegiatan operasional pertambangan anggota MIND ID./mind.id

Bisnis.com, JAKARTA — Group CEO Mining and Industry Indonesia (MIND ID) Orias Petrus Moedak memperkirakan modal awal untuk pembentukan Indonesia Battery Holding diperkirakan mencapai US$50 juta.

"Rencana awal untuk IBH berdiri, modalnya kurang lebih US$50 juta dan hanya awal. Setelah itu, kami akan lihat potensi kerja sama dengan mitra dan bagaimana pendanaan selanjutnya," ujar Orias dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Senin (1/2/2021).

Indonesia Battery Holding (IBH) merupakan konsorsium BUMN yang akan dibentuk untuk mengembangkan ekosistem industri baterai kendaraan listrik secara terintegrasi dari hulu ke hilir.

Holding tersebut akan terdiri atas Mining and Industry Indonesia (MIND ID), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk., dengan masing-masing kepemilikan saham 25 persen. Setiap BUMN memiliki keleluasaan untuk dapat berpartisipasi langsung dalam usaha patungan yang dibentuk bersama calon mitra.

Secara keseluruhan, pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir diperkirakan membutuhkan investasi US$13,4 miliar—US$17,4 miliar. Namun, pada tahap awal kebutuhan investasi diperkirakan hanya mencapai US$5—US$10 miliar.

"Itu pun masih bertahap karena di hulu ada investasi besar, bukan ditambangnya, tapi sudah masuk ke smelternya. Kami pakai HPAL atau RKAF itu yang membutuhkan pendanaan lebih besar. Kemudian akan masuk ke di level prekursor sampai ke baterai di mana PLN dan Pertamina akan ikut," kata Orias.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa kebutuhan pendanaan proyek baterai tersebut akan dipenuhi dari 30 persen ekuitas dan 70 persen dari pinjaman.

"Dari 30 persen equity di masing-masing proses, misal, di hulu sampai smelter kami bisa mayoritas. Kemudian di bawah porsi 30 persen itu kami dengan mitra, tergantung negosiasi dan offtaker nanti seperti apa. Itu masih proses," katanya.

Sementara itu, negosiasi dengan calon mitra global untuk pengembangan baterai EV, yakni Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) dari China dan investor asal Korea Selatan, LG Chem Ltd., masih berjalan.

Dalam bahan paparan Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik, Indonesia Battery Holding akan segera dibentuk setelah negosiasi dengan calon mitra difinalisasi.

Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Agus Tjahajana mengatakan bahwa tim tengah menyelesaikan negosiasi pembentukan joint venture dengan mitra global.

"Sekarang proses belum selesai. Diharapkan tahun ini kami bisa selesaikan joint venture agreement sampai keputusan investasi," kata Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper