Bisnis.com, JAKARTA – Produsen Jam tangan asal Swiss Swatch Group AG memperkirakan pendapatan akan pulih dari level terendahnya dalam lebih dari tiga dekade, ditopang oleh proyeksi penjualan yang kembali ke level sebelum pandemi.
Dilansir Bloomberg, Swatch mengatakan ada kemungkinan besar pendapatan dalam mata uang lokal akan mendekati level pada 2019. Hal ini didorong oleh mulai pulihnya arus perjalanan.
Chief Executive Officer Swatch Group Nick Hayek mengatakan laba operasional perusahaan diperkirakan akan jauh melampaui 1 miliar franc (US$1,1 miliar) yang dicapai pada tahun yang sama.
Produsen jam ini telah menjadi salah satu pembuat barang mewah yang paling terpukul selama pandemi karena mereka memiliki biaya tetap yang tinggi terkait dengan produksi.
Laba cenderung tidak stabil karena begitu mereka beroperasi dengan kapasitas penuh, biayanya menjadi jauh lebih dapat ditekan. Federasi Industri Jam Tangan Swiss mencatat ekspor jam tangan turun 22 persen pada tahun 2020. Level ini setara dengan penurunan saat krisis keuangan 2009.
"Ada tekanan permintaan terhadap produk jam tangan dan perhiasan. Konsumen merasa ingin menghabiskan uang, dan mereka memiliki uang tunai karena mereka tidak dapat banyak keluar atau bepergian,” kata Hayek dalam wawancara telepon.
Swatch juga telah melakukan pemotongan biaya yang substansial dengan menutup toko-toko yang berkinerja buruk dan menegosiasikan harga sewa yang lebih rendah serta merombak ulang periklanan, lanjut Hayek.
Di China, penjualan Swatch pulih seiring dengan pertumbuhan karena negara itu termasuk yang pertama keluar dari lockdown. AS, Rusia, dan negara-negara di Asia seperti Jepang dan Korea Selatan sudah melihat tren yang sangat positif, sementara Eropa akan segera mengikuti, terutama jika wisatawan kembali.
Pabrik Swatch secara bertahap kembali ke kapasitas penuh, sekaligus menjadi pertanda baik untuk peningkatan profitabilitas. Bottleneck produksi terjadi untuk merek Blancpain, Omega, Longines dan Tissot. Tahun lalu Swatch juga mengalami serangan dunia maya yang mengganggu produksi Omega selama 10 hari.
"Pemulihan produksi berarti kita akan melihat kenaikan margin di atas rata-rata," kata Hayek.
Saham Swatch melemah 3,5 persen setelah perusahaan melaporkan rekor kerugian bersih tahunan pertamanya. Sementara itu, laba operasional turun 95 persen menjadi 52 juta franc.
Swatch memangkas 10 persen tenaga kerjanya pada tahun 2020. Sebagian besar terkait dengan penutupan 384 toko milik perusahaan secara permanen. Hong Kong menjadi fokus khusus, dengan jaringan toko di sana berkurang menjadi 38 dari 92 toko.
Analis memperkirakan Swatch mencatat pendapatan hingga 7,09 miliar franc pada 2021, dibandingkan dengan 8,24 miliar franc pada 2019.