Bisnis.com, JAKARTA - Utang pemerintah Inggris naik ke rekor 240,9 miliar pound atau US$323 miliar (Rp4.586 triliun) dalam delapan bulan pertama tahun fiskal. Kondisi ini mencerminkan kerusakan yang ditimbulkan pada ekonomi yang sekarang berisiko jatuh kembali ke jurang resesi.
Pada November saja, pengeluaran pemerintah telah melebihi pendapatan pajak sebesar 31,6 miliar pound di tengah meningkatnya subsidi untuk mendukung perusahaan dan rumah tangga melalui pandemi Covid-19, dikutip dari rilis Kantor Statistik Nasional pada hari ini, Selasa (22/12/2020).
Ini membuat Inggris menghadapi defisit anggaran terbesar. Kantor Statistik Nasional mengkonfirmasi ekonomi rebound kuat di kuartal ketiga.
Tetapi kontraksi diperkirakan terjadi pada kuartal ini, dan harapan pemulihan awal tahun depan memudar setelah pemerintah memperketat pembatasan untuk memerangi virus Corona yang bermutasi dan beberapa negara Eropa melarang masuk dari Inggris.
Sementara itu, pembicaraan yang menemui jalan buntu atas kesepakatan perdagangan Brexit sedang menuju ke tepi jurang pada 31 Desember mendatang.
Berbagai ancaman menambah tekanan pada Kanselir Menteri Keuangan Rishi Sunak dan pembuat kebijakan Bank of England untuk meningkatkan dukungan fiskal dan moneter, dengan beberapa analis memprediksi ekonomi akan menyusut pada kuartal pertama tahun depan.
Baca Juga
Potensi pukulan berarti bahwa defisit anggaran pada tahun fiskal 2020 secara keseluruhan bisa lebih besar dari 394 miliar pound atau sebesar 19 persen dari PDB - yang diprediksi oleh Office for Budget Responsibility bulan lalu. Ini adalah defisit terbesar di antara negara industri besar.
Skenario virus kasus yang lebih buruk dikombinasikan dengan Brexit tanpa kesepakatan dapat mendongkrak utang menjadi hampir 450 miliar pound pada 2020-2021, atau 125 persen dari PDB pada tahun 2022.