Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Optimistis Periode Libur Panjang Tingkatkan Konsumsi

Pelaku usaha menyambut baik dua periode liburan panjang pada kuartal IV/2020 yang akan berlangsung pada pekan ini dan Desember mendatang. Libur panjang diharapkan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat.
Petugas kasir mengenakan alat pelindung diri berupa masker, face shield, dan sarung tangan ketika melayani pembeli di salah satu gerai penjualan kebutuhan pokok di Mal Pekanbaru, Riau, Selasa (13/10/2020). /ANTARA
Petugas kasir mengenakan alat pelindung diri berupa masker, face shield, dan sarung tangan ketika melayani pembeli di salah satu gerai penjualan kebutuhan pokok di Mal Pekanbaru, Riau, Selasa (13/10/2020). /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha menyambut baik dua periode liburan panjang pada kuartal IV/2020 yang akan berlangsung pada pekan ini dan Desember mendatang. Libur panjang diharapkan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan pelaku usaha sangat optimistis libur-libur panjang menjelang akhir tahun akan meningkatkan konsumsi yang lebih tinggi dibanding sebelum-sebelumnya.

Namun, pada saat yang sama peningkatan konsumsi ini juga tidak bisa diharapkan setinggi sebelum pandemi karena daya beli dan confidence konsumsi masyarakat masih lemah dan belum pulih sepenuhnya.

"Karena itu tidak hanya pelaku FMCG tetapi semua pelaku usaha dari berbagai bidang usaha mengedepankan strategi pemasaran yang proaktif secara multimedia baik offline maupun online," katanya kepada Bisnis, Selasa (27/10/2020).

Shinta mengemukakan yang lebih dihighlight adalah elemen affordability dari produknya, misalnya dengan menciptakan penawaran-penawaran khusus sepanjang periode liburan tersebut untuk meningkatkan keinginan konsumsi masyarakat sepanjang liburan.

Sementara itu, terkait pemulihan industri pengusaha menilai kebijakan yang sudah dipublikasikan pemerintah selama ini sudah cukup baik. Namun, dari sejumlah aspek perlu ditingkatkan, khususnya pada perhitungan stimulus ekonomi di tahun depan.

Pasalnya berdasarkan proyeksi tahun depan sekitar 50 persen pelaku usaha masih akan membutuhkan dukungan stimulus meskipun pasar diyakini akan mulai normal karena ada proyeksi vaksinasi Covid-19 yang akan membantu meningkatkan confidence pasar di semester II/2021.

Hal itu karena laju perbaikan kondisi ekonomi setiap industri dan setiap skala usaha sangat berbeda tergantung pada target pasarnya dan kecepatan pemulihan daya beli dengan confidence konsumsi target pasar tersebut.

"Ini belum memperhitungkan industri atau pelaku usaha yang mengalami perubahan karakter permintaan pasar pascapandemi, misalnya perlu standar hygiene atau sanitary lebih tinggi, standar sustainability dan lainnya yang menuntut perusahaan melakukan berbagai penyesuaian secara internal terhadap proses produksi atau produknya terlebih dahulu agar pasar mau menyerap output-nya," ujar Shinta.

Shinta menjelaskan pelaku usaha masih perlu membakar modal lebih lama tanpa ada kepastian pengembalian modal. Oleh karena itu pelaku industri berharap tahun depan pemerintah bisa lebih fleksibel untuk memperpanjang atau meningkatkan pemberian stimulus ekonomi kepada pelaku usaha yang membutuhkan sesuai dengan perkembangan yang akan terjadi setelah tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper