Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bersama United States Agency for International Development memperingati kemitraan panjang kedua belah pihak dalam mendorong energi bersih Indonesia melalui USAID Indonesia Clean Energy Development II.
Indonesia Clean Energy Development II (ICED II) merupakan proyek 5 tahun senilai US$17,2 juta yang berakhir pada September 2020. Proyek yang didanai USAID ini merupakan bagian dari kerja sama bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat untuk memajukan sektor energi Indonesia.
Direktur USAID Indonesia Ryan Washburn menyampaikan bahwa kemitraan lembaganya dengan Pemerintah Indonesia menyatukan inovasi dan teknologi terbaik AS dan Indonesia untuk memberi energi terbarukan yang hemat biaya, andal, dan berkelanjutan kepada Indonesia.
Sejak 2015, ICED II bersinergi dalam perencanaan energi nasional dan daerah, meningkatkan integrasi energi terbarukan ke dalam jaringan PLN, menggerakkan pembiayaan di bidang energi terbarukan, mendorong praktik-praktik hemat energi, mendukung pengembangan kendaraan listrik, dan memperkenalkan solusi jaringan cerdas untuk membantu pengembangan energi terbarukan di pulau-pulau kecil.
Ryan menuturkan bahwa terdapat tiga hasil nyata yang dicapai melalui ICED II. Pertama, pendampingan teknis untuk penyelesaian pembangkit listrik tenaga energi bersih dengan total kapasitas 438,69 MW yang telah memberi akses bagi 3,32 juta orang. Kedua, pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 6,93 juta ton setara karbon dioksida (CO2).
"Ketiga, kami telah mempercepat investasi energi terbarukan senilai lebih dari US$1,6 miliar. Ini akan menghasilkan pasokan listrik untuk 5 juta orang lebih," ujarnya dalam webinar, Selasa (22/9/2020).
Baca Juga
Proyek ICED II juga turut mendorong lahirnya 75 kebijakan/rencana/strategi pengembangan energi bersih nasional dan daerah, meningkatkan kemampuan 34 lembaga terkait energi bersih serta melatih, dan membekali 8.898 orang dengan keterampilan dan pengetahuan untuk mendukung transformasi energi di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan bahwa program ICED I yang berlangsung sejak 2011 hingga 2015 telah mendukung pengembangan kebijakan serta aspek teknis dan finansial dalam pelaksanaan proyek energi terbarukan.
"Belajar dan tumbuh dari pengalaman ICED I, program ICED II melibatkan lebih banyak mitra untuk lebih mendukung pengembangan EBTKE [energi baru terbarukan dan konservasi energi], antara lain Bappenas, Pemerintah Provinsi Aceh, Pemerintah Provinsi Sumatra Utara, Pemerintah Provinsi Sulaesi Selatan, Otoritas Jasa Keuangan, dan PLN," kata Ego.
Dalam rangka mendorong pemanfaatan energi bersih, katanya, Pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan peraturan presiden tentang feed-in tariff untuk mendorong investasi energi terbarukan.
"Kami juga memprioritaskan penggunaan sumber daya energi terbarukan untuk menyediakan pasokan energi bagi masyarakat kami di daerah terpencil dan terluar sekaligus menargetkan untuk mengganti semua pembangkit listrik tenaga diesel dalam 3 tahun ke depan," tuturnya.