Bisnis.com, JAKARTA — Upaya pemerintah menarik wisatawan mancanegara di segmen high-end melalui kehadiran bandara superhub harus disertai dengan kemampuan berkompetisi bandara antara superhub dalam negeri dan negara lain.
Menurut Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies) Budijanto Ardiansjah, pemerintah harus membangun superhub yang representatif sehingga mampu bersaing dengan negara tetangga seperti Singapura.
"Setiap superhub harus dibangun sebagai bandara yang representatif. Untuk menarik wisatawan pindah ke dalam negeri, kita harus mempunyai sesuatu yang lebih baik. Kalau kita bisa membangun bandara yang lebih bagus dari Changi Airport, kenapa tidak?" ujar Budijanto kepada Bisnis, Senin (21/9/2020).
Namun, pemerintah juga dinilai harus memperhatikan tata letak bandara superhub agar benar-benar mengakomodasi setiap daerah wisata dalam menggaet para wisatawan mancanegara.
Pemerintah berencana membangun bandara superhub di sejulah lokasi, antara lain Denpasar sebagai penghubung ke daerah wisata domestik lainnya, Cengkareng sebagai bisnis hub, Kualanamu sebagai west international hub.
Kemudian, Yogyakarta international transit hub, Balikpapan government and business hub, Ujung Pandang (Makassar) east international hub, Manado east Asia export hub, serta Surabaya sebagai business and industrial hub.
Baca Juga
Selain itu, Budijanto menilai rencana pemerintah meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara berbasis kualitas tidak serta merta mengabaikan potensi pasar yang dapat diraup dari segmen kuantitas.
"Lebih mementingkan kualitas turis itu penting, tapi bukan berarti melupakan kuantitas," kata Budijanto.
Pasalnya, jika pemerintah hanya fokus mengejar wisatawan mancanegara dengan pengeluaran lebih besar tanpa diimbangi dengan fokus di segi kuantitas, rencana pemerintah dalam meningkatkan sektor pariwisata dinilai naif.
Di samping itu, lanjutnya, pemerintah hanya perlu memperbaiki cara pemasaran untuk menggaet turis-turis dengan uang lebih yang mana negara-negara yang dapat dijadikan target sudah diketahui.
"Jadi, semua peluang harus dibuka sebesar-besarnya," tegas Budijanto.