Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PSBB Jilid II di Jakarta, Target Pemulihan Ekonomi Mundur?

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan dengan penerapan kembali PSBB tersebut, ancaman resesi ekonomi pada kuartal III/2020 akan semakin sulit dihindari.
Foto aerial kendaraan melintas di Simpang Susun Semanggi pada jam berangkat kerja di Jakarta, Senin (23/3/2020). Sejumlah ruas jalan utama tampak lebih lengang pada jam berangkat kerja. Hal ini karena sebagian perusahaan telah menerapkan bekerja dari rumah guna menekan penyebaran virus corona. Bisnis/Himawan L Nugraha
Foto aerial kendaraan melintas di Simpang Susun Semanggi pada jam berangkat kerja di Jakarta, Senin (23/3/2020). Sejumlah ruas jalan utama tampak lebih lengang pada jam berangkat kerja. Hal ini karena sebagian perusahaan telah menerapkan bekerja dari rumah guna menekan penyebaran virus corona. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang akan kembali diterapkan di DKI Jakarta pada Senin (10/9/2020) dikhawatirkan akan kembali memukul perekonomian Indonesia, bahkan membawa dampak negatif yang lebih besar.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan dengan penerapan kembali PSBB tersebut, ancaman resesi ekonomi pada kuartal III/2020 akan semakin sulit dihindari.

Menurutnya, pengendalian wabah Covid-19 memang penting dijalankan, namun harus dilakukan secara efektif. Jika tidak, dampak negatif ke perekonomian pun akan semakin besar.

"PSBB jangan terlalu lama dan pandemi harus bisa benar-benar direm. Kalau bisa 2 minggu, jika lebih maka dampak ekonomi akan semakin luas dan mempengaruhi kuartal terakhir yang seharusnya sudah rebound," katanya kepada Bisnis, Kamis (10/9/2020).

Tauhid mengatakan, PSBB jilid II pastinya akan memberikan pengaruh yang besar ke pasar dan kembali memberikan efek kejut ke masyarakat karena dalam beberapa minggu terakhir aktivitas ekonomi sudah mulai mulai kembali bergerak dan menunjukkan pemulihan.

"Kekhawatiran kami kalau tidak efektif dampak ke ekonomi akan besar, ke kesehatan juga besar. Karena itu memang harus didukung, ini sebagai satu-satunya jalan untuk meredam pandemi. Jangka pendek shock ekonomi akan dalam, tapi tahun depan pemulihan akan lebih baik," jelasnya.

Tauhid mengutarakan, beberapa indikator ekonomi yangs sudah terlihat membaik, diproyeksikan akan kembali menurun, namun tidak akan sedrastis PSBB jilid I. Hal ini seiring dengan sudah terbentuknya adaptasi masyarakat, baik dalam proses perubahan berproduksi maupun sistem di pasar.

Dia menambahkan, jika PSBB jilid II berlangsung hingga lebih dari 2 minggu, maka pemulihan ekonomi yang diharapkan berbentuk kurva V akan menjadi kurva U.

"Kalau pandemi tidak bisa diselesaikan, akan menjadi kurva W antar triwulan, memang lebih baik cooling down sebentar, tapi harus efektif," tuturnya.

Di samping itu, Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana mengatakan dampak dari penerapan PSBB tidak akan sebesar PSBB pertama, kecuali juga diikuti oleh daerah lain di luar Pulau Jawa.

Di sisi lain, perilaku belanja masyarakat juga diharapkan tidak serepresif ketika PSBB pertama, yang kala itu memang terguncang di saat pandemi baru mulai menyebar di Indonesia.

"Kita lihat ada dampaknya, tapi magnitude-nya tidak sebesar PSBB pertama. Pertumbuhan ekonomi nasional kita sudah kami revisi proyeksinya turun dari -0,6% ke -1,6% tahun ini," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper