Bisnis.com, JAKARTA -- Subsektor di bawah kategori ekonomi kreatif ternyata memiliki kontribusi devisa yang tinggi bagi produk domestik bruto (PDB). Dari 17 subsektor di ekonomi kreatif, tiga di antaranya menjadi penyumbang terbesar struktur PDB dan ekspor.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio memaparkan bahwa ketiga subsektor itu adalah produk fesyen, kuliner, dan kriya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), Wishnutama memaparkan bahwa kontribusi masing-masing subsektor itu adalah 41 persen untuk kuliner, fesyen berkontribusi sebesar 17 persen dan kriya sebesar 14,9 persen.
“Tiga subsektor ini juga memiliki nilai ekspor terbesar yakni fesyen US$11,9 miliar, kriya US$6,4 miliar, dan kuliner US$1,3 miliar,” kata Wishnutama dalam kick off Program Bank Indonesia dalam Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, Minggu (30/8/2020).
Selain tiga subsektor ini, Wishnutama mengemukakan potensi ekspor ekonomi kreatif sebenarnya masih tinggi. Namun subsektor lain masih memiliki kendala dalam menjaga konsistensi kinerja.
Merujuk perkiraan Opus, kontribusi sektor ekonomi kreatif sendiri diperkirakan bakal mencapai Rp1.100 triliun pada 2020. Indonesia pun menjadi negara terbesar ketiga di dunia jika melihat pada kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Baca Juga
Wishnutama pun menyebutkan terdapat tiga subsektor prioritas yang bisa menjadi pengungkit ekonomi selanjutnya yakni film, musik, dan aplikasi serta gim.
“Kita bisa belajar dari Korea Selatan bagaimana subsektor ini memberi sumbangan PDB yang sangat besar,” ujarnya.
Pada 2017, subsektor film tercatat menyumbang devisa sebesar Rp1,8 triliun, musik sebesar Rp4,8 triliun, dan aplikasi serta gim senilai Rp19 triliun.
Ia mengatakan dipilihnya subsektor prioritas ini dilandasi oleh potensi daya ungkit ketiganya pada subsektor lain. Misal film yang bisa menjadi sarana untuk promosi pariwisata dan budaya Indonesia.