Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada kuartal II/2020 terkontraksi hingga -2,72 persen (year-on-year) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Petumbuhan sektor ini juga tercatat turun sebesar 3,75 persen (q-to-q) bila dibandingkan dengan kuartal I/2020.
Pada triwulan II/2020, Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pertambangan dan penggalian tercatat Rp231,5 triliun, sementara pada triwulan I/2020 lebih tinggi, yaitu Rp267,4 triliun.
Untuk Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sektor pertambangan dan penggalian juga tercatat turun dari Rp200,8 triliun pada triwulan I/2020 menjadi Rp193,3 triliun pada triwulan II/2020.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, sektor pertambangan menjadi salah satu sektor yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
"65 persen PDB Indonesia dipengaruhi oleh sektor industri, pertanian, perdagangan, kontruksi, dan pertambangan. Pergerakan di antara lima sektor ini akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang sayangnya pada triwulan II ini hanya satu sektor, yakni pertanian, sementara empat sektor besar lainnya mengalami kontraksi," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers secara daring, Rabu (5/8/2020).
Kontribusi industri pertambangan dan penggalian terhadap PDB juga mengalami penurunan. Pada kuartal kedua tahun ini kontribusinya turun menjadi 6,28 persen, sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya kontribusi industri pertambangan dan penggalian mencapai 7,39 persen terhadap total PDB.
Adapun PDB Indonesia pada kuartal II/2020 ini mengalami kontraksi sebesar -5,32 persen secara year on year (yoy).