Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kapasitas Capai 7.946 MW, PLN Genjot Pemanfaatan EBT

PLN berupaya untuk meningkatkan penggunaan EBT seiring dengan kapasitas pembangkitnya yang sudah mencapai 7.964 MW untuk menjaga ketersediaan energi pada masa depan.
Petugas memeriksa panel surya di PLTS Gili Trawangan/ Bisnis - David E. Issetiabudi
Petugas memeriksa panel surya di PLTS Gili Trawangan/ Bisnis - David E. Issetiabudi

Bisnis.com, JAKARTA - PT PLN (Persero) terus meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan. Hingga Juni 2020, kapasitas pembangkit EBT di Indonesia mencapai 7.964 megawatt (MW).

“Kami komitmen untuk terus meningkatkan penggunaan pembangkit EBT yang ramah lingkungan. Ini adalah tanggung jawab dan upaya PLN untuk menjaga generasi mendatang," ujar Direktur Mega Project PLN Ikhsan Asaad melalui keterangan tertulisnya, Rabu (5/8/2020).

Dari sisi bauran energi, pemanfaatan pembangkit EBT meningkat dari 12,36 persen pada Januari 2020 menjadi 14 persen pada Juni 2020.

Pembangkit EBT di dominasi oleh pembangkit listrik tenaga air (PLTA), yaitu sebesar 4.707 MW atau 7,5 persen dari total bauran energi pembangkit dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 2.443 MW atau 3,9 persen dari total energi pembangkit.

Peningkatan EBT juga menjadi bagian transformasi PLN. Melalui salah satu aspirasi utama, yaitu green, PLN memiliki beberapa strategi untuk mendorong penggunaan energi baru terbarukan, yaitu dengan co-firing pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang telah beroperasi, program konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi pembangkit listrik tenaga biomassa, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung dengan memanfaatkan bendungan-bendungan yang sudah ada untuk membangkitkan listrik.

“Kami terus melakukan inovasi untuk mendorong EBT. Kami optimalkan potensi-potensi yang ada," kata Ikhsan.

Selain itu, co-firing juga dikembangkan oleh PLN di beberapa PLTU, seperti PLTU Paiton berkapasitas 2x400 MW menggunakan olahan serbuk kayu, PLTU Ketapang berkapasitas 2x10 MW dan PLTU Tembilahan berkapasitas 2x7 MW menggunakan olahan cangkang sawit. Co-firing dilakukan dengan mencampurkan olahan tersebut sebesar 5 persen dari total kebutuhan bahan bakar.

Sedangkan untuk konversi dari PLTD ke PLT biomassa, PLN mencatat terdapat 1,3 gigawatt PLTD yang dapat dikonversi menjadi PLT biomassa.

PLN juga mendorong pembangunan PLTS terapung berkapasitas besar dengan memanfaatkan bendungan-bendungan yang ada di Indonesia. Sebagai contoh, pada Januari 2020, PLN telah menandatangani kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dengan konsorsium PT PJBI-Masdar untuk membangun PLTS terapung di Cirata, Jawa Barat dengan total kapasitas mencapai 145 MW. Pembangunan PLTS ini akan dimulai pada awal 2021 dan akan menjadi PLTS Terapung terbesar di Asia Tenggara.

“PLTS Terapung Cirata sangat murah, hanya US$5,8 sen/kWh. Kami berusaha ke depan akan mendorong pembangkit seperti ini dan pastinya dengan harga yang lebih murah,” kata Ikhsan.

Saat ini, PLN juga tengah mengembangkan Renewable Certificate Energy (REC). REC akan ditawarkan kepada pelanggan yang memiliki komitmen penggunaan EBT dibmana setiap penggunaan 1 MWH EBT akan mendapatkan satu unit REC.

Selain penyediaan listrik melalui pembangkit EBT, PLN juga menyiapkan infrastruktur untuk mendukung kehadiran kendaraan listrik, PLN telah melakukan inovasi menghadirkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listirik Umum (SPKLU).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper