Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mengakui beratnya meramu kebijakan untuk bertahan di masa krisis 2020 yang dipicu oleh pandemi Covid-19.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu menuturkan krisis 2020 tidak ada text book yang mencakup soal penanganan krisis akibat pandemi.
"Krisis terakhir seperti 2020, 100 tahun yang lalu dan tidak ada text book. Jadi apa yang dilakukan pemerintah adalah lakukan apa yang harus dilakukan," ujar Febrio, Selasa (28/7/2020).
Saat ini, menurut Febrio, pemerintah harus terus mempelajari data hari demi hari, hingga minggu demi minggu.
Kemudian, dia mengungkapkan pemerintah akan mengambil kebijakan dengan mengacu data-data tersebut. Dia menambahkan setiap kebijakan harus diambil tanpa tahu apakah hasilnya akan akurat seperti penerapan di krisis sebelumnya.
"Ini dengan segala kerendahan hati, tidak ada pemerintah di seluruh negara mengatakan tahu apa resepnya," ujarnya.
Baca Juga
Kendati berat, Febrio menegaskan pemerintah akan tetap hadir dan menolong menavigasi di tengah ketidakpastian.
Sementara itu, mantan menteri keuangan sekaligus ekonom senior Chatib Basri mengungkapkan kondisi saat ini adalah kesempatan besar buat pemerintah.
"Karena satu hal yang akan dipelajari setelah krisis pandemi ini, yaitu akan bahaya menempatkan seluruh portofolio di satu negara," ujar Chatib.
Dengan demikian, banyak perusahaan yang akan keluar dari China karena merasa berisiko jika menempatkan semua bisnisnya di sana.
"Proses ini mulai terjadi, investor Jepang mulai keluar dari China untuk mendiversifikasi basis investasi." Adapun, peluang ini akan tergantung pada kesuksesan Omnibus Law atau RUU Cipta Kerja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel