Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iklim Indonesia yang Tidak Menarik Harus Jadi Perhatian

Indonesia sejatinya memiliki peluang besar menarik relokasi industri perusahaan multinasional menyusul mengemukanya wacana pengembangan hub produksi di luar China.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA- Iklim investasi yang membuat Indonesia tak semenarik negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam perlu menjadi perhatian utama Indonesia.

Kepala Ekonom Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menilai Indonesia sejatinya memiliki peluang besar menarik relokasi industri perusahaan multinasional menyusul mengemukanya wacana pengembangan hub produksi di luar China.

Namun menurutnya, pemerintah belum mengambil tindakan yang berarti untuk mengambil kesempatan tersebut.

“Memang ada upaya pembenahan, tapi kita tahu sendiri bagaimana kebijakan ekonomi Indonesia kerap berubah. Contohnya adalah Paket Kebijakan Ekonomi XVI yang terbit 2018 lalu, bagaimana perkembangannya tidak diketahui,” lanjut Yose.

Untuk pendekatan yang sifatnya eksternal, strategi penguatan ekspor disebut Yose perlu menyasar pada penyelesaian perundingan perdagangan, terutama perundingan dagang yang memfasilitasi akses pasar lebih besar di negara-negara potensial seperti Uni Eropa.

Selain itu, dia pun menyarankan agar misi dagang tak hanya berpaku pada kegiatan pameran. Alih-alih demikian, dia mengatakan perlunya kebijakan dan strategi yang bersifat kontinyu agar misi dagang menciptakan penetrasi pasar yang bertahan lama. 

“Untuk perundingan dagang ke Uni Eropa, tentu manfaatnya bisa dipetik saat pemulihan ekonomi. Kita bisa langsung tancap gas untuk ekspor. Begitu pun untuk misi dagang, perlu ada penguatan market intelligence dan strategi terus-menerus,” kata Yose, saat dihubungi, Sabtu (25/7/2020).

Dalam proyeksi terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) pada Juni lalu, ekonomi global diperkirakan bakal terkontraksi sampai -4,9 persen, lebih dalam dari proyeksi pada April yang dipatok di angka -3,0 persen.

Sementara untuk Indonesia, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional bisa turun sampai 0,3 persen pada 2020. Perkiraan tersebut sejalan dengan proyeksi pemerintah yang memproyeksikan bahwa ekonomi Indonesia akan turun sampai 0,4 persen atau tumbuh 1 persen.

Dalam Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2020-2024 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 46 Tahun 2020, neraca perdagangan yang mulanya ditargetkan dapat surplus sampai US$0,3 miliar pun direvisi menjadi defisit sampai US$1,5 miliar akibat pandemi Covid-19.

Kementerian Perdagangan pun merevisi target pertumbuhan ekspor nonmigas. Ekspor nonmigas yang diharapkan tumbuh sampai 5,2 persen pada tahun ini pun diperkirakan bakal terkontraksi sampai -13,5 persen.

Kementerian Perdagangan sendiri masih optimistis mempertahankan sejumlah target yang ditetapkan untuk 2021-2024.

Yose mengemukakan bahwa strategi penguatan eskpor sebaiknya diarahkan pada pembenahan faktor-faktor internal dan eksternal. Untuk di dalam negeri misalnya, dia mengatakan masalah efisiensi pada aktivitas produksi nasional seharusnya bisa menjadi fokus pembenahan.

“Perlu ada perbaikan produksi, bagaimana memperbaiki daya saing. Ini masalah yang berkali-kali dibahas, termasuk persoalan ketenagakerjaan, korupsi, biaya produksi yang tinggi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper