Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Covid-19 Melonjak, Permintaan Gula Anjlok

Permintaan gula mencapai sekitar 225.000 ton pada Juli, setelah turun sebanyak 25 persen antara Maret dan Juni 2020. Normalnya, Indonesia mengonsumsi antara 250.000 hingga 260.000 ton per bulan.
Salah satu pedagang gula dipasar tradisional sedang mengemasi gula pasir untuk dijual kembali / Arief Rahman
Salah satu pedagang gula dipasar tradisional sedang mengemasi gula pasir untuk dijual kembali / Arief Rahman

Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan gula di Indonesia anjlok karena lonjakan kasus Covid-19 menekan kebiasaan konsumen untuk makan di luar rumah dan menghambat pengiriman bahan pemanis ini secara nasional.

Menurut Asosiasi Gula Indonesia (AGI), permintaan gula mencapai sekitar 225.000 ton pada Juli, setelah turun sebanyak 25 persen antara Maret dan Juni 2020. Normalnya, Indonesia mengonsumsi antara 250.000 hingga 260.000 ton per bulan.

“Pada masa-masa normal, konsumsi kita tidak pernah turun. [Penurunan] ini cukup signifikan,” ujar penasihat senior AGI Yadi Yusriyadi, dilansir dari Bloomberg.

Penularan Covid-19 yang meningkat telah membatasi negeri ini untuk reopening total sejak memberlakukan pembatasan pada Maret. Dampaknya, banyak pelanggan masih menghindari restoran dan warung-warung makanan.

Sementara itu, harga gula tetap tinggi di sebagian besar wilayah Nusantara karena gangguan logistik domestik menyebabkan pasokan gula tidak merata.

Menurunnya minat ini akan menambah tekanan pada proyeksi permintaan yang sudah suram dari Organisasi Gula Internasional (International Sugar Organization/ISO).

Pada Juni, ISO melaporkan sekitar 2,1 juta ton konsumsi gula global telah hilang atau ditangguhkan karena pandemi Covid-19.

Terlepas dari permintaan yang lebih rendah, harga gula di dalam negeri urung jatuh ke level target pemerintah sebesar Rp12.500 per kg.

Harga eceran rata-rata nasional untuk gula tetap di atas Rp15.000 per kg pada Juli, menurut data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis.

“Harga gula tetap tinggi karena jaringan distribusi yang tidak efektif, menghambat pengiriman ke daerah-daerah yang tidak memiliki pabrik gula,” lanjut Yadi.

“Adapun harga di daerah penghasil gula seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah berada di sekitar target pemerintah. Harga [gula] tidak akan turun kecuali pedagang mendistribusikan gula yang mereka beli,” terangnya.

Pemerintah merilis izin untuk pabrik lokal dan beberapa perusahaan milik negara untuk mengimpor hampir 700.000 ton gula mentah dan 150.000 ton gula putih, dalam upaya untuk mendinginkan harga di dalam negeri.

Pabrik-pabrik lokal diharapkan akan memproduksi sebanyak 2 juta ton gula putih dari tebu lokal tahun ini jika tidak ada lagi hujan lebat selama musim penggilingan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper