Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aktivitas Manufaktur Zona Euro Mulai Pulih, Pasar Tenaga Kerja Masih Berisiko

Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers 'Index/PMI) untuk zona euro naik ke level tertinggi empat bulan di posisi 47,4 dari level 39,4 pada bulan Mei.
Lambang Uni Eropa terpampang di depan gedung Parlemen Eropa di Brussels, Belgia, Rabu (27/5/2020)./Bloomberg-Geert Vanden Wijngaert
Lambang Uni Eropa terpampang di depan gedung Parlemen Eropa di Brussels, Belgia, Rabu (27/5/2020)./Bloomberg-Geert Vanden Wijngaert

Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas manufaktur di zona euro mencatat kinerja yang lebih baik dari yang sebelumnya dilaporkan pada bulan Juni, seiring dengan meningkatnya produksi barang-barang konsumsi.

Tetapi meskipun sejumlah negara melonggarakan pembatasan dan kehidupan perlahan-lahan kembali normal, output terus berkontraksi dan permintaan masih lemah. Seluruh anggota zona euro yang tercakup dalam survei IHS Markit mencatat penurunan dalam output manufaktur.

Wilayah ini berada pada titik kritis. Meskipun rebound awalnya berlangsung cepat, masih belum jelas apakah momentum tersebut dapat dipertahankan.

Anggota Dewan Eksekutif European Central Bank (ECB) Isabel Schnabel memperingatkan agar tidak terlalu banyak berharap pada data awal yang menunjukkan pemulihan karena prosesnya kemungkinan berlangsung lambat dan masih berpotensi menekan pasar tenaga kerja.

"Pabrik-pabrik zona euro melihat pemulihan awal yang kuat," kata kepala ekonom bisnis di IHS Markit, Chris Williamson.

Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers 'Index/PMI) sektor manufaktur untuk zona euro direvisi naik ke level tertinggi empat bulan di posisi 47,4 dari level 39,4 pada bulan Mei.

Angka tersebut sejalan dengan penurunan output tahunan sebesar 2 persen, jauh lebih baik dibandingkan saat puncak krisis yang mencapai 30 persen. Sementara itu, proyeksi tahun depan berubah positif di tengah harapan bahwa pelonggaran lockdown lebih lanjut akan mendorong permintaan.

"Bahkan dengan kenaikan ini, produksi dan sentimen tetap di bawah level puncak yang dicapai sebelum, dan permintaan yang lemah dikombinasikan dengan peroman jarak sosial cenderung menjadi hambatan bagi pemulihan," kata Williamson, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper