Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendapatan Garuda Turun 33 Persen, Pengamat: Masih Bagus

Alvin Lie menilai kinerja emiten berkode saham GIAA masih tertolong oleh pergerakan penumpang pada Januari dan Februari 2020.
Pilot dan kru pesawat memberi penghormatan terakhir kepada pesawat Garuda Boeing 747-400 di Hanggar 4 GMF Aero Asia, Tangerang, Banten, Senin (9/10)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Pilot dan kru pesawat memberi penghormatan terakhir kepada pesawat Garuda Boeing 747-400 di Hanggar 4 GMF Aero Asia, Tangerang, Banten, Senin (9/10)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan pendapatan sebesar 33 persen yang dicatatkan oleh PT Garuda Indonesia Tbk. selama periode kuartal I/2020 dinilai masih cukup baik dibandingkan dengan prediksi semula.

Pemerhati penerbangan yang juga anggota Ombudsman Alvin Lie menilai kinerja emiten berkode saham GIAA masih tertolong oleh pergerakan penumpang pada Januari dan Februari 2020.

"Kuartal pertama hasilnya masih sangat luar biasa bagus. Kuartal kedua ini justru yang penurunannya pasti akan luar biasa lagi pada Maret dan April dengan larangan penerbangan," jelasnya, Senin (27/4/2020).

Alvin menggambarkan Garuda saat ini hanya mengoperasikan sekitar 20-30 persen dari rute normalnya dengan aturan physical distancing. Dalam kondisi tersebut jumlah penumpangnya juga anjlok dengan hanya 20 persen dari kapasitas.

"Kalau yang dioperasikan hanya 30 persen kemudian dari 30 persen yang dioperasikan penumpangnya hanya 20 persen jadi bisnis penumpang tinggal enam persen. Drop-nya aja udah 94 persen,” jelasnya.

Secara kinerja, lanjutnya, pendapatan operasional perseroan pada kuartal I/2020 mengalami penurunan kurang lebih sebesar 33 persen. Penurunan dibandingkan dengan pada periode kuartal I/2019.

Penurunan pendapatan operasional ini terutama diakibatkan oleh menurunnya pendapatan penumpang yang kontribusinya terhadap total pendapatan usaha yang mencapai lebih  dari 80 persen.

Penurunan pendapatan penumpang pada kuartal I/ 2020 terutama karena menurunnya jumlah penumpang  sejalan dengan harga tiket per penumpang.

"Tentunya penurunan jumlah penumpang diangkut oleh Perseroan sangat terpengaruh oleh kondisi industri penerbangan yang menurun akibat Covid-19, dengan pemberlakukan PSBB di beberapa daerah terutama Ibukota mengakibatkan masyarakat memilih untuk mengikuti peraturan pemerintah," jelas manajemen melalui keterbukaan informasi publik dikutip Senin (27/4/2020).

Selain itu manajemen juga mengungkapkan turunnya kondisi perekonomian  mengakibatkan daya beli masyarakat menurun dan masyarakat memilih mengurangi pengeluaran biaya untuk travelling. Kondisi pasar penumpang ini tentunya menekan perseroan untuk memangkas kapasitas produksi yang dimiliki.

Maskapai pelat merah tersebut mempunyai dua kategori biaya yang sangat berpengaruh terhadap pengeluaran kas yaitu biaya tetap yang meliputi biaya sewa pesawat, biaya pegawai, administrasi kantor pusat dan kantor cabang dan biaya variabel penerbangan yang meliputi biaya bahan bakar, biasa kestasiunan, biaya catering, biaya navigasi dan biaya tunjangan terbang bagi awak pesawat.

Sejauh ini agar maskapai dengan jenis layanan lenuh tersebut tetap beroperasi, maka perseroan telah melakukan negosiasi dengan lessor untuk penundaan pembayaran sewa pesawat (lease holiday). Kemudian memperpanjang masa sewa pesawat untuk mengurangi biaya sewa per bulan.

Manajemen juga mengusahakan financing dari perbankan dalam dan luar maupun pinjaman lainnya. Selanjutnya menegosiasikan kewajiban perseroan yang akan jatuh tempo dengan pihak ketiga.

Hingga melakukan program efisiesi biaya kurang lebih 15-20 persen dari total biaya operasional dengan tetap memprioritas keselamatan dan keamanaan penerbangan dan pegawai serta layanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper