Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia menerbitkan peta jalan berbasis bukti untuk mengurangi volume sampah plastik di lautan Indonesia sebesar 70 persen pada 2025 dan bebas sampah plastik pada 2040 melalui transisi ke ekonomi sirkular untuk plastik.
Dalam rencana aksi mengurangi sampah dan polusi ini, dikemukakan dua skenario untuk Indonesia. Pertama, skenario biasa atau business as usual, yang memperkirakan peningkatan polusi plastik sebesar 33 persen pada 2025 dan lebih dari dua kali lipat pada tahun 2040, tanpa ada tindakan yang diambil.
Kedua, Skenario Perubahan Sistem, yang bertujuan untuk mengimplementasikan serangkaian transformasi yang ambisius dan mencakup semua lapisan masyarakat untuk berbagai ekosistem.
Untuk menjalankan skenario kedua ini, setidaknya diperlukan lima langkah intervensi utama. Kelima langkah tersebut yakni, mengurangi penggunaan plastik untuk membatasi konsumsi agar tidak melebihi 1 juta ton per tahun, mendesain ulang produk dan kemasan melalui daur ulang, meningkatkan pengumpulan sampah plastik hingga 80 persen pada 2025.
Selain itu, menggandakan kapasitas daur ulang pada 2025, serta membangun TPA agar mampu menampung sampah plastik yang tidak dapat didaur ulang.
Dengan Skenario Perubahan Sistem, Indonesia diharapkan dapat mengurangi 16 juta ton sampah plastik di lautan dan saluran air, mengurangi 20 juta ton emisi gas rumah kaca per tahun, menciptakan lebih dari 150.000 lapangan pekerjaan, dan secara signifikan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Baca Juga
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut B. Pandjaitan mengatakan serius menyampaikan Rencana Aksi Indonesia sebagai sumber harapan dan inspirasi di masa-masa sulit ini.
“Polusi plastik adalah masalah yang berpengaruh besar terhadap bangsa kita. Kita tidak akan membiarkan krisis yang membayangi ini terus berkembang. Sebaliknya, kita mengambil tindakan berani dan tegas di setiap tingkat dan di setiap sektor di Indonesia untuk melakukan transformasi yang diperlukan agar kita dapat bebas sampah plastik,” katanya, dalam Digital Launch of Indonesia's Multi-Stakeholder Action Plan, Rabu (22/4/2020).
Penyusunan Rencana Aksi ini merupakan tahapan penting bagi Indonesia National Plastic Action Partnership (NPAP) yang menjadi platform multipihak terkemuka di Indonesia yang merumuskan pendekatan terpadu dan efektif untuk mengatasi polusi dan sampah plastik.
Saat ini, Indonesia menghasilkan sekitar 6,8 juta ton sampah plastik per tahun. Jumlah ini terus bertambah sebesar 5 persen per tahun.
Di sisi lain, Direktur Global Plastic Action Partnership dan anggota Komite Eksekutif World Economic Forum Kristin Hughes mengatakan dengan adanya kekuatan komunitas, di Indonesia dan di seluruh dunia untuk bersatu dengan cara-cara baru dan kreatif, untuk secara terbuka bertukar keahlian dan pengalaman, serta bertindak secara serentak untuk memecahkan masalah paling mendesak yang kita hadapi.
“Indonesia telah menunjukkan contoh kelas dunia tentang cara menangani masalah yang kompleks, yaitu polusi plastik, melalui pendekatan multipihak yang kolaboratif dan efisien,” katanya.
NPAP Indonesia beranggotakan lebih dari 230 organisasi dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, komunitas bisnis dan investasi, masyarakat sipil dan kelompok advokasi pemuda, misi diplomatik asing, serta lembaga penelitian dan akademisi.
Untuk menerjemahkan rekomendasi dalam Rencana Aksi menjadi aksi nyata, para anggota telah membentuk lima gugus tugas baru tentang kebijakan, inovasi, pembiayaan, perubahan perilaku, dan metrik, serta terus menangani masalah polusi dan sampah plastik melalui lembaga masing-masing.