Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Brasil memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya ke rekor level terendah demi mengurangi dampak pandemi virus corona (Covid-19) yang dapat mendorong ekonomi terbesar Amerika Latin ini ke dalam resesi.
Dalam pertemuan kebijakan yang berakhir Rabu (18/3/2020) waktu setempat, Dewan Gubernur Banco Central Do Brasil (BCB), yang dipimpin oleh Roberto Campos Neto, dengan suara bulat memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 3,75 persen.
Besaran penurunan tersebut sejalan dengan prediksi 18 dari 36 ekonom dalam survei Bloomberg. Sementara itu, 12 ekonom memperkirakan pemangkasan sebesar 25 basis poin, 3 orang meramalkan penurunan 75 basis poin, dan 3 lainnya memproyeksi suku bunga akan dipertahankan.
Menurut sebuah pernyataan yang menyertai keputusan itu, BCB mengisyaratkan bahwa, setelah melakukan enam kali pemangkasan berturut-turut, merupakan langkah yang tepat untuk mempertahankan suku bunga acuannya (Selic rate) di level baru.
“Namun, komite mengakui bahwa varian dari keseimbangan risikonya telah meningkat dan bahwa data ekonomi lebih lanjut akan sangat penting untuk menentukan langkah selanjutnya,” papar BCB, seperti dilansir Bloomberg.
Langkah Brasil mengikuti gelombang negara-negara mulai dari Amerika Serikat hingga Turki yang memompa stimulus moneter mereka untuk melawan dampak ekonomi pandemi corona.
Keputusan itu diambil di tengah kemerosotan pesat dalam prospek pertumbuhan Brasil. JPMorgan dan Goldman Sachs memperkirakan produk domestik bruto (PDB) negara ini akan menyusut sekitar 1 persen pada tahun 2020 setelah resesi yang mendalam pada paruh pertama tahun ini.
Sementara itu, para ekonom terus melihat inflasi di bawah target hingga 2021.
“Ini adalah pemangkasan yang hawkish. Namun, mereka tidak menutup pintu untuk pelonggaran lebih lanjut ketika mereka mengakui keseimbangan risiko,” kata Roberto Secemski, ekonom Brasil di Barclays.
Pada Februari, para pembuat kebijakan Brasil telah mengisyaratkan rencana untuk menghentikan siklus pelonggaran mereka dan mencermati pengaruhnya terhadap ekonomi, yang saat itu diperkirakan akan berekspansi lebih dari 2 persen.
Namun pada awal Maret, mereka membuka peluang untuk lebih banyak stimulus dengan mengatakan bahwa wabah virus corona menjadi ancaman lebih besar terhadap pertumbuhan ketimbang inflasi.
“BCB tidak membeberkan proyeksi pertumbuhannya, tetapi dari nada pernyataan itu, kami khawatir mereka mungkin secara serius meremehkan risiko bahwa Brasil memasuki resesi,” tutur Adriana Dupita, Ekonom Bloomberg untuk Amerika Latin.
“Pertanyaannya adalah apakah - ketika dihadapkan dengan kenyataan yang masam - BCB akan mundur dan memangkas suku bunga lebih lanjut. Kami cenderung percaya mereka akan condong pada instrumen lain, seperti reserve requirement dan ukuran likuiditas lainnya, daripada penurunan suku bunga lebih lanjut,” lanjut Dupita.