Bisnis.com, JAKARTA - Langkah bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) di tengah ketidakpastian penyebaran virus Corona (Covid-19) mengagetkan banyak pihak.
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan penurunan suku bunga di luar pertemuan normal tersebut baru pertama kali terjadi sejak krisis keuangan global pada 2008.
"The Fed mungkin tidak mengikuti gagasan pemulihan virus corona bentuk V (V- shape) yang disampaikan banyak pihak," kata Satria Kamis (5/4/2020).
Secara teoritis, lanjutnya, penetapan suku bunga AS yang lebih rendah akan memberikan dorongan bagi ekonomi dunia.
Dia menuturkan turunnya suku bunga acuan The Fed dalam jangka pendek akan mengarah pada empat kemungkinan. Pertama, melemahnya kurs dolar Amerika atau dollar index spot (DYX). Kedua, imbal hasil (yield) surat berharga AS (US Treasury) yang lebih rendah dibandingkan instrumen lain.
Ketiga, meningkatnya harga ekuitas. Terakhir, melonjaknya harga emas. "Harga emas diprediksi akan meroket lantaran dipilih investor sebagai alternatif safe haven," ujar Satria.
Baca Juga
Satria mengatakan kombinasi antara waktu penurunan suku bunga pada pertemuan darurat pada 3 Maret, bukan 17-18 Maret yang dijadwalkan dan besarnya lebih dari 25 bps menunjukkan bahwa Fed mungkin benar-benar peduli dengan latar belakang makro di tengah penyebaran virus Corona.
Setelah langkah Fed, Indeks S&P 500 turun 2,8%, sementara US Treasury 10 tahun turun di bawah 1% untuk pertama kalinya.
Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) pada hari ini, Kamis (5/3/2020) melemah setelah menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan sebelumnya. Berdasarkan informasi Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam, harga emas Antam dibanderol harga Rp822.000 per gram, turun Rp5.000 per gram dari perdagangan sebelumnya di level Rp827.000 per gram.