Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Protes Usulan Impor Gula Konsumsi

Para petani tebu menilai kebijakan pemerintah mengimpor gula kristal putih perlu ditinjau ulang.
Pekerja mengangkut gula di Pabrik Gula Rendeng, Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (10/6)./Antara-Yusuf Nugroho
Pekerja mengangkut gula di Pabrik Gula Rendeng, Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (10/6)./Antara-Yusuf Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mempertanyakan wacana importasi gula kristal putih (GKP) sebesar 200.000 ton yang diusulkan oleh Perum Bulog.

Organisasi tersebut menilai stok gula yang tersedia saat ini memadai dalam memenuhi kebutuhan sampai Ramadan dan Idulfitri.

Berdasarkan perhitungan APTRI, stok awal gula pada awal tahun berada di angka 1,35 juta ton yang terdiri dari 1,08 juta ton stok akhir 2019 dan tambahan importasi sebesar 270.000 ton yang dilakukan oleh pemerintah.

Selanjutnya, APTRI berpendapat, dengan asumsi kebutuhan sebesar 230.000 ton setiap bulan, stok itu disebut bisa mencukupi kebutuhan selama Januari-Mei 2020.

"Kebutuhan gula konsumsi per bulan rata-rata 230.000 ton secara nasional. Jadi kebutuhan untuk lima bulan kira-kira 1,15 juta ton," Kata Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional APTRI M. Nur Khabsyin dalam keterangan resmi, Senin (24/2/2020).

Usulan importasi gula ini sebelumnya disampaikan oleh Perum Bulog guna mengantisipasi gejolak harga gula jelang hari raya keagamaan pada Mei mendatang.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengemukakan pengajuan ini dilakukan menyusul panen tebu pada tahun ini diperkirakan akan mundur.

Stok gula konsumsi pada awal tahun yang berada di angka 1,084 juta ton sendiri dinilai tak cukup untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat selama Ramadan dan Idulfitri.

Adapun berdasarkan proyeksi Asosiasi Gula Indonesia (AGI), defisit gula konsumsi akan terjadi pada 2020 apabila tidak ada penambahan pasokan dari gula impor.

Melalui stok awal 1,084 juta ton dan produksi yang berjumlah 2,050 juta ton, serta perkiraan konsumsi gula tahun ini sebanyak 3,163 juta ton, maka neraca pada akhir tahun bakal defisit 29.000 ton.

Menanggapi hal ini, Anggota Pokja Dewan Ketahanan Pangan Pusat Khudori menilai perlu ada kepastian yang jelas mengenai stok gula saat ini guna meminimalisir kemelut impor.

Dia menggarisbawahi adanya perbedaan penghitungan stok awal gula antara APTRI dan AGI.

"Terdapat perbedaan kalkulasi. Menurut APTRI stok awal 1,3 juta ton sementara sebelumnya versi AGI sekitar 1 juta ton. Perlu kejelasan berapa stok pastinya untuk impor atau tidal. Kalau data salah, keputusan kebijakan bisa salah," ujar Khudori.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper