Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Upaya Kementerian ESDM Agar Pembangunan Smelter Tepat Waktu

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan permasalahan financial close, kelistrikan, dan perizinan pembangunan smelter dapat selesai dalam 6 bulan ke depan. 
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan permasalahan financial close, kelistrikan, dan perizinan pembangunan smelter dapat selesai dalam 6 bulan ke depan. 

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yunus Saefulhak mengatakan target untuk menyelesaikan permasalahan pembangunan smelter dilakukan dalam 6 bulan ke depan agar 52 smelter bisa selesai pada 1 Januari 2022. 

“Ini merupakan quick win kami selama 6 bulan untuk membantu menyelesaikan permasalahan pembangunan smelter,” ujarnya, Kamis (23/1/2020). 

Dari 52 smelter tersebut, hingga akhir tahun lalu baru terbangun 17 smelter. Tahun ini sendiri ditargetkan ada 4 smelter yang selesai dibangun, yakni smelter nikel PT Antam Tbk, smelter nikel PT Arthabumi Sentra Industri, smelter timbal PT Kapuas Prima Citra, dan smelter mangan PT Putra Indonesia Jaya. 

Quick win yang dilakukan pemerintah yakni mengadakan pertemuan dengan seluruh pemilik smelter dan mengadakan coaching secara one on one atau pertemuan satu per satu mulai pekan depan. Adapun, dari 31 smelter yang dalam proses pembangunan, baru 15 smelter yang telah financial close, sedangkan sisanya belum. 

Untuk itu, Kementerian ESDM akan menjembatani para pemilik smelter dengan lembaga keuangan. Kendala kedua, lanjut Yunus, yakni terkait dengan dukungan kelistrikan. 

Adapun, saat ini baru 9 smelter yang telah mendapatkan dukungan dari PLN. Lalu, untuk kendala terakhir adalah terkait dengan perizinan lahan di pemerintah daerah dan belum adanya rekomendasi amdal. 

Menurutnya, dengan melakukan evaluasi dan coaching ini akan dapat mengetahui jumlah bijih mineral yang dibutuhkan, besaran kapasitas input yang sesungguhnya, jumlah cadangan yang ada hingga umur ketahanannya. 

“Sebagai contoh untuk komoditas nikel yang semula 41 smelter dengan kapasitas 96 juta ton nikel kemudian proyeksi hanya 29 smelter dengan kapasitas 69 juta ton nikel,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella
Editor : Lucky Leonard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper