Bisnis.com, JAKARTA - Optimalisasi pasar domestik dan senergi kebijakan industri hulu dan hilir menjadi pilihan bagi Indonesia dalam memacu manufaktur nasional di tengah sejumlah sentimen global pada 2020.
Mohammad Faisal, Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, mengatakan Indonesia memiliki keuntungan berupa pasar domestik yang besar. Dengan begitu, dampak tekanan global terhadap perdagangan atau ekspor nasional semestinya tidak sebesar negara yang lain dengan pasar dalam negeri lebih kecil.
Potensi itu perlu dimaksimalkan untuk mendorong industri manufaktur ketika pasar global memburuk.
"Ada beberapa hal yg bisa dilakukan, tetapi intinya yang paling utama dalam situasi tersebut adalah memanfaatkan semaksimal mungkin potensi domestik yang besar," kata Faisal kepada Bisnis, Selasa (7/1/2020).
Langkah itu dinilai mesti didukung dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang memang diarahkan agar pelaku industri manufaktur dapat menguasai pasar lokal. Salah satu caranya, kata Faisal, adalah dengan memastikan pengadaan barang dan jasa pemerintah dipenuhi dengan produk-produk di dalam negeri.
"Jadi, seperti peralatan kantor, furnitur, komputer, kendaraan, dan lainnya bisa menyerap produk-produk buatan di dalam negeri, bukan impor."
Faisal menilai dukungan pemerintah dibutuhkan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri di dalam negeri di tengah kondisi global tersebut. Menurutnya, sebenarnya banyak industri yang bahan bakunya sudah dapat dipasok dari dalam negeri, tetapi tidak bisa terserap secara optimal oleh industri hilir akibat sejumlah hal, antara lain karena integrasi industri hulu dan hilir yang lemah.
"Jadi sinergi kebijakan dari hulu hingga hilir sangat penting, agar potensi bahan baku yang ada di dalam negeri bisa ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya sehingga bisa memenuhi kebutuhan industri hilirnya."