Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha mulai melirik produksi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang trennya terus meningkat. Hal tersebut akan didukung Peraturan Menteri LHK Nomor 62/2019 tentang Pembangunan Hutan Tanaman Industri.
Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) Indroyono Soesilo menuturkan sebagai bagian dari Iini konfigurasi bisnis baru kehutanan, produksi HHBK meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2018, produksi HHBK tercatat sebanyak 358.800 ton. Jumlahnya meningkat pada 2019 yang mencapai 380.610 ton.
Sementara itu, tren ekspor tanaman dan satwa liar (TSL) yang merupakan pengembangan dari HHBK, kata Indroyono, juga meningkat sampai 2018 meski pada 2019 yang lalu sedikit mengalami penurunan.
"Ekspor produk TSL ini sangat potensial di kembangkan di areal IUPHHK [Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu] untuk pengembangan bioprospecting," ujar lndroyono di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Jumat (3/1/2020).
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, nilai ekspor TSL pada 2017 senilai Rp6,2 triliun dan naik menjadi Rp11,1 triliun pada 2018. Sementara hingga November 2019, nilai ekspor TSL senilai Rp6,9 triliun.
Produksi HHBK dan bioprospecting serta investasi usaha di pemanfaatan hutan alam dan hutan tanaman diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan kebijakan pengembangan multi usaha di hutan produksi yang sedang digodok intensifnya saat ini. "Bola ada di kami, asosiasi," tegas Indroyono.