Bisnis.com, JAKARTA -- Pengusaha Indonesia diharapkan berinvestasi ke Afrika Selatan dengan memanfaatkan tenaga kerja setempat yang belum banyak diserap pasar.
Duta Besar RI untuk Afrika Selatan Salman Al Farisi mengatakan pengeluaran sektor rumah tangga yang rendah pada 2019 menunjukkan konsumen Afrika Selatan masih rentan secara finansial.
Selain tingkat pertumbuhan ekonomi yang melambat menjadi sekitar 0,7% pada 2019, Afrika Selatan menghadapi masalah tingkat pengangguran hingga 29,1% yang menempatkannya sebagai negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia.
Meskipun demikian, dia meyakini investment-led model sebagai salah satu mekanisme kerja sama antara kedua negara. Dia menilai para pebisnis Indonesia sudah harus mempertimbangkan melakukan investasi di negara-negara Afrika yang pada gilirannya akan meningkatkan ekspor.
"Dengan membantu perekonomian negara setempat melalui pembukaan lapangan kerja baru, pada akhirnya akan meningkatkan awareness, demand, dan daya beli atas produk-produk Tanah Air," katanya dalam siaran pers, Jumat (3/1/2020).
Dengan berinvestasi di Afrika Selatan, Indonesia dapat mengekspor produk setengah jadi dan proses finishing products dilakukan melalui kemitraan dengan pihak lokal.
Salman menuturkan situasi di Afrika Selatan masih menantang bagi Indonesia untuk memenetrasi pasar setempat. Namun, beberapa indikasi positif sudah didapat pada 2019, mulai dari komitmen beberapa perusahaan Tanah Air mengirimkan perwakilan ke Afrika Selatan hingga rencana investasi baru perusahaan Afrika Selatan ke Indonesia.
Beberapa perjanjian seperti perjanjian kerja sama pertahanan dan MoU bidang perikanan sudah sampai proses akhir. "Kami harapkan tahun 2020 membawa perkembangan yang menggembirakan,” ujarnya.
Sejak 2015, tren perdagangan RI-Afrika Selatan menunjukan grafik yang fluktuatif. Namun, KBRI Pretoria tidak terlalu mengkhawatirkan neraca perdagangan 2018 kedua negara yang menunjukkan surplus bagi pihak Afrika Selatan.
Menurut Salman, pembelian barang modal yang meningkat oleh Indonesia dari Afrika Selatan menunjukkan kegiatan produktif di Indonesia, terutama karena kebutuhan pembangunan infrastruktur yang intensif beberapa tahun terakhir.
Di sisi lain, Indonesia masih memiliki potensi besar untuk menambah ekspor nonmigas seperti produk otomotif, kelapa sawit, serta produk makanan dan minuman ke negara-negara Afrika Sub-Sahara.
Sementara itu, Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan dalam kunjungan kerjanya ke Cape Town menyampaikan pentingnya outbound investment Indonesia karena akan berimplikasi pada peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dan ekspor ke luar negeri.
Menteri Perdagangan dan Industri Afrika Selatan Ebrahim Patel saat bertemu dengan Luhut menyambut baik rencana pembahasan preferential trade agreement (PTA) antara Afrika Selatan dengan Indonesia untuk mengatasi hambatan tarif dalam hubungan dagang kedua negara.
Patel menginginkan langkah konkret dengan dimulainya studi oleh tim teknis yang diharapkan dapat bertemu awal 2020 di Indonesia. Dia juga mengindikasikan beberapa potensi investasi oleh pebisnis Indonesia di Afrika Selatan, terutama relokasi industri tekstil dan alas kaki.