Bisnis.com, JAKARTA - Produksi alat berat pada 2020 dinilai masih akan melanjutkan tren penurunan akibat penurunan harga komoditas.
Ketua Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaluddin mengatakan kondisi industri pertambangan, khususnya batu bara, sangat memengaruhi sektor alat berat. Pasalnya, sektor komoditas menyerap alat berat besar, terutama dump truck dan hydraulic excavator, dalam jumlah besar.
Pada tahun depan, katanya, kondisi pasar komoditas diperkirakan belum banyak berubah. Oleh karena itu, dia memperkirakan masih akan terjadi kontraksi pada produksi alat berat di Indonesia.
"Mungkin masih turun, diperkiraan 10 persen. Faktornyaya masih sama, harga komoditas," ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.
Jamaludin menjelaskan faktor yang sama juga menyebabkan produksi alat berat nasional pada 2019 tidak sesuai dengan target. Pihaknya bahkan pesimistis mampu merealisaikan produksi hingga 6.000 unit alat berat sepanjang 2019.
Padahal, Hinabi sebelumnya mematok target produksi 7.000 unit alat berat pada 2019. Target itu direvisi dengan menimbang realisasinya yang hingga kuartal III/2019 baru mencapai 4.688 unit alat berat.
Pada periode yang sama produksi dump truck masih mendominasi, yakni sebesar 4.210 unit, sedangkan bulldozer mencapai 371 unit. Selebihnya, produksi alat berat hingga akhir kuartal III/2019 berasal dari 58 unit hydraulic excavator dan 49 unit motor grader.
Jamaludin memperkirakan realisasi produksi pada kuartal terakhir 2019 berada di bawah ekspektasi. Realisainya cenderung lebih rendah dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya.
Menurutnya, faktor penyebab yang sama masih mengadang produksi alat berat, yaitu kondisi industri pertambangan yang belum membaik.