Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Industri Daur Ulang Plastik Tahun Depan Suram

Prospek negatif itu terutama akan dirasakan oleh perusahaan atau industri kecil dan menengah yang tidak memiliki teknologi untuk mengolah sampah plastik menjadi bahan baku untuk pasar high end.
Tumpukan limbah plastik. /Reuters
Tumpukan limbah plastik. /Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Prospek industri daur ulang plastik Indonesia pada tahun depan diperkirakan bakal makin suram lantaran dampak perang dagang yang belum mereda.

Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim mengatakan kinerja industri pada tahun ini tertekan karena perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Bila kondisi itu masih berlanjut, katanya, maka industri akan semakin tertekan.

Menurutnya, prospek negatif itu terutama akan dirasakan oleh perusahaan atau industri kecil dan menengah yang tidak memiliki teknologi untuk mengolah sampah plastik menjadi bahan baku (raw material) yang dibutuhkan untuk pasar high end. Segmen pasar ini membutuhkan bahan baku daur ulang dalam proporsi yang tinggi serta berkualitas yang tinggi.

"Kalau trade war tetap berjalan terus seperti ini, tentunya pasar untuk daur ulang pastik akan menjadi suram," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (3/12/2019).

Chirstine menjelaskan kondisi itu akan membuat pelaku industri daur ulang, dari hulu ke hilir, kesulitan untuk mendapatkan harga yang kompetitif. Pemulung sebagai ujung tombak pengumpulan sampah plastik akan paling dirugikan. Padahal, katanya, di Indonesia ada sekitar 3 juta pemulung.

"Sampah plastik itu biasanya memberikan hasil terbanyak bagi pemulung. Bila harganya sekarang begitu murah, maka itu bisa berdampak pada pendapatannya, serta lebih lanjut punya dampak sosial yang buruk."

Christine menjelaskan dengan trade war, China, sebagai produsen polyethylene terephthalate (PET) virgin material dalam jumlah besar, tidak bisa lagi mengakses pasar AS, sebab dikenai bea masuk hingga 30%. Alhasil, China menyasar sejumlah negara lain dan pasar global pun kebanjiran pasokan PET virgin material.

Kondisi itu, jelasnya, membuat harga bahan baku tersebut menurun. Penurunan harga juga terjadi pada bahan baku PET daur ulang di dalam negeri.

"Sehingga bahan recycle plastic ikut turun karena harganya harus di bawah bahan original," ujarnya.

Pada tahun ini, jelas Christine, PET daur ulang menurun dari US$900 per ton menjadi US$700 dollar per ton. Adapun harga bahan baku orisinal atau virgin material tidak berbeda jauh. Pada periode yang sama, harga PET virgin material turun dari US$1.100 per ton menjadi US$800 per ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper