Cerita Tentang (Per)Jalanan

Ini cerita tentang sebuah perjalanan. Perjalanan saya menyusuri jalanan ibu kota selama 15 tahun. Perjalanan yang mengantarkan kepada suatu perubahan akan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan dalam bertransportasi.

Bisnis.com, JAKARTA -- Ini cerita tentang sebuah perjalanan. Perjalanan saya menyusuri jalanan ibu kota selama 15 tahun. Perjalanan yang mengantarkan kepada suatu perubahan akan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan dalam bertransportasi.

Bicara tentang bertransportasi justru mengingatkan saya saat momen pertama kali bekerja. Saat itu saya bertempat tinggal di Cilincing Jakarta Utara, atau 20 menit naik metromini dari Terminal Tanjung Priok. Dengan lokasi kantor yang berada di kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan bukan hal mudah untuk dilalui bagi perempuan yang baru saja lulus kuliah.

Lima belas tahun yang lalu, untuk mencapai tempat kerja minimal saya harus berganti 3 kendaraan, rumah – Terminal Tanjung Priok – Terminal Kampung Melayu – Karet. Terhitung saya harus berganti dari metromini, bus patas AC, dan mikrolet. Saya ceritakan satu persatu tansportasi yang saya naiki dari rumah ke kantor ya.

Metromini jurusan Cilincing – Tanjung Priok ini yang selalu mengantarkan saya dari depan kompleks rumah menuju terminal Tanjung Priok. Saat itu entah karena tidak ada saingan transportasi lain yang sejurusan, untuk menunggu metromini ini lumayan lama sekitar 20-30 menit dan belum termasuk waktu ngetem. Sebenarnya ada transportasi lain KWK, namun rute yang dilalui terlalu mutar-mutar yang membuat saya menjadikan transportasi ini pilihan ke-2 setelah metromini.

Setiba di Terminal Tanjung Priok, saya naik Bus Patas AC jurusan Tanjung Priok – Kampung Melayu. Jika kamu membayangkan Bus Patas AC yang saya naiki itu bus yang dingin dan nyaman dengan reclining seat, absolutely salah besar. Bus Patas AC yang saya naiki dapat dikatakan ‘mantan’ Bus Patas AC namun dengan tarif Bus Patas AC. Bus Patas AC jurusan Tanjung Priok – Kampung Melayu yang saya naiki memiliki bentukan kondisi ac yang sudah mati bahkan terkadang keluar bocoran air sisa freon dari dalamnya, kursinya pun sudah menampakan busa kursi dengan berbagai coretan dari aksi vandalisme penumpang, belum lagi dalam perjalanannya bus ini sering pecah ban yang mau tidak mau penumpang harus menunggu hingga ban diperbaiki karena untuk menunggu bus berikutnya sudah pasti lama dan dalam kondisi penuh hingga banyak yang bergantungan di pintu.

Bus bobrok, begitu teman saya menyebut bus yang saya naiki setiap pergi dan pulang kerja tersebut. Meskipun bobrok, Bus Patas AC ini selalu menjadi ‘rebutan’, mungkin karena jumlahnya terbatas (kadang yang beroperasi setiap hari hanya 2 bus, sisanya sudah masuk bengkel) saya dan penumpang lain harus menunggu di luar terminal dan berlari-lari naik ke bus yang masih melaju hanya demi mendapatkan tempat duduk. Dan bus keluar terminal dalam kondisi sudah miring karena banyak penumpang yang bergelantungan hingga di pintu.

Kalau untuk urusan bergelantungan di pintu itu bukan hal aneh saat itu, karena saya pun pernah melakukannya hanya demi cepat sampai tempat tujuan. Cukup dapat menginjakan satu kaki dan mendapatkan pegangan tangan sudah cukup bagi saya untuk naik ke dalam bus.

Keamanan? Apa itu? Cukup berdoa dan sisanya mengandalkan keberuntungan untuk tiba dengan selamat. Terakhir saya menaiki mikrolet jurusan Kampung Melayu – Karet. Lagi-lagi alasan keterbatasan armada yang membuat saya harus berebut untuk naik transportasi ini. Panas dan berdebu seakan sudah menjadi ‘makanan’ yang biasa saat bertrasportasi.

Saya sering medapatkan pertanyaan, memangnya tidak ada alternatif transportasi lain? Ada sih, dari Tanjung Priok saya bisa naik bus patas jurusan Blok M, tapi kondisi bus nya pun tidak kalah miris. Bahkan bisa naik bus ini dapat dikatakan keberuntungan, karena kadang ketidak tersediaan armada dan jam beroperasinya pun hanya dia dan Tuhan saja yang tahu.

Dari ketiga transportasi yang saya naiki saat itu memiliki kesamaan selain ketersediaan armada terbatas, yakni: banyak dimasuki ‘preman’ yang berkedok pengamen atau pengemis yang meminta dengan paksaan. Sehingga saya harus menyediakan banyak uang receh agar ‘aman’ dari gangguan mereka.

Terkadang justru uang yang disisipkan untuk mereka justru lebih besar dari ongkos perjalanan pulang pergi. Itu pun ternyata belum seluruhnya membuat saya ‘aman’, tidak terhitung sudah berapa kali gawai dan dompet saya raib ke tangan copet yang membaur dengan penumpang lainnya

Cerita Tentang (Per)Jalanan

Pada 2010 dunia transportasi yang saya gunakan berlahan-lahan mulai berjalan ke arah yang lebih baik dengan kehadiran Trans Jakarta yang membuka koridor 10 atau jurusan Tanjung Priok – PGC yang diikuti dengan koridor 12 jurusan Tanjung Priok – Penjaringan. Di sini saya sudah mendapatkan alternatif lain bertransportasi dengan aman dan nyaman. Meskipun harus transit terlebih dahulu untuk mencapai Terminal Kampung Melayu namun tidak menjadi masalah karena Trans Jakarta memiliki jalur khusus sehingga kita tetap nyaman di dalamnya.

Trans Jakarta merupakan transportasi awal yang saya rasakan di mana keselamatan, keamanan, dan kenyamanan mulai diberlakukan. Standart operasional seperti ketersediaan pendingin udara, pintu yang tertutup, memiliki halte untuk naik dan turun penumpang, dan disediakan security yang menjamin semua penumpang mendapatkan keamanan yang lebih sudah diberlakukan.

Selain Trans Jakarta yang terus dikembangkan pemerintah khususnya Kementrian Perhubungan (Kemenhub) Republik Indonesia, kita juga memiliki Commuter Line yang merupakan wajah baru dari perkeretaapian di Indonesia. Saya pun semakin bahagia saat Stasiun Tanjung Priok yang lama tidak digunakan kembali diaktifkan dan melayani jalur pink untuk Commuter Line jurusan Tanjung Priok – Kota. Commuter Line pun tampil jauh lebih baik dari KRL Jabodetabek sebelumnya yang jauh dari kata aman dan nyaman.

Cerita Tentang (Per)Jalanan

Tidak berhenti hanya dalam pengadaan transportasi berupa Trans Jakarta dan Commuter Line, dalam 5 tahun terakhir, Kemenhub juga melengkapi moda transportasi yang telah ada dengan menghadirkan MRT dan LRT yang akan segera beroperasi. Transportasi massal ini sudah tentu jauh lebih nyaman dan aman dari transportasi terdahulunya. Sebagai pengguna transportasi massal, saya pun semakin banyak mendapatkan pilihan berkendaraan dengan selamat yang aman dan nyaman.

Beberapa kelebihan transportasi massal terbaru yang saya rasakan yakni:

• Saling Terkoneksi
Sebagai pemakai moda transportasi umum terpadu ini sangat memudahkan saya dalam mencapai tempat tujuan. Saya tidak perlu berjalan jauh, cukup transit di satu tempat dan berganti transportasi lain dengan mudah dan nyaman.


• Sistem Pembayaran Cashless
Sistem pembayaran dengan cara tapping kartu atau cashless sangat aman karena kita tidak perlu membawa banyak uang cash kemana-mana. Cukup dengan satu kartu sudah dapat digunakan untuk berbagai jenis transportasi mulai dari Trans Jakarta, Commuter Line, MRT, dan LRT. Bahkan beberapa angkutan umum seperti mikrolet pun sudah ada yang melayani dengan sistem tapping. Untuk sistem pengisian kartu pun tidak sulit karena banyak halte-halte yang menyediakan pengisian kartu.

Cerita Tentang (Per)Jalanan

Cerita Tentang (Per)Jalanan

Cerita Tentang (Per)Jalanan

Cerita Tentang (Per)Jalanan

• Memiliki Transit Station yang Nyaman
Transportasi yang sudah saling terkoneksi sudah dilengkapi dengan transit station yang aman dan nyaman. Selain bersih, transit station sudah tersedia bangku untuk menunggu hingga vending machine, sehingga penumpang yang transit tinggal menunggu dengan nyaman tanpa kehausan.

• Ketersediaan Informasi yang Lengkap
Halte dan transit station selain menjadi tempat singgah atau menunggu bus, di sini juga tersedia berbagai informasi perjalanan mulai dari rute hingga jam kedatangan yang tentu saja mempermudah kita menentukan waktu tiba ke tempat tujuan. Jika kesulitan dalam membaca informasi yang tersedia, di sini biasanya juga terdapat petugas yang dapat ditanyai seputar informasi transportasi yang dibutuhkan.

• Waktu Tempuh yang Lebih Cepat
Sistem transportasi terpadu sudah dipastikan lebih cepat katimbang transportasi jaman dulu. Ini membuat kita menjadi lebih produktif dalam beraktivitas. Bayangkan bila kita dapat memangkas waktu perjalanan, berapa banyak waktu yang dapat kita lakukan untuk melakukan aktivitas lain yang lebih bermanfaat? Tentu Indonesia akan semakin maju jika seluruh rakyatnya lebih produktif dalam melakukan banyak hal yang berguna. Transportasi Unggul, Indonesia Maju.

• Keamanan dan Kenyamanan untuk Semua Kalangan Pengguna
Semua akomodasi terpadu seperti Commuter Line, Trans Jakarta, MRT, dan LRT dihadirkan untuk memberi kenyamanan semua pihak tidak terkecuali para disabilitas, ibu hamil, anak kecil, maupun orang tua, semua mendapat porsi yang sama dalam bertransportasi. Selain menyediakan bangku khusus dan jalur khusus bagi pengguna spesial, transportasi yang ada saat ini semuanya dilengkapi dengan interior yang nyaman, meskipun bagi penumpang yang berdiri.

Selain kelebihan di atas, untuk mendapatkan informasi atau jalur transportasi pun sangat mudah saat ini, tinggal menggunakan Google Map. Apalagi untuk aktivitas saya saat ini yang sebagai seorang freelancer setelah berhenti bekerja setahun lalu, kehadiran Google Map atau aplikasi berbasis transportasi sangat sekali membantu dalam menginformasikan moda transportasi yang akan digunakan. Sebelum berpergian, saya selalu mencari informasi transportasi apa yang cepat dan mudah untuk menjangkau tujuan yang saya inginkan.

Cerita Tentang (Per)Jalanan

Jika ingin tahu lebih banyak moda transportasi apa saja yang didukung faktor keselamatan, keamanan, dan keselamatan dapat mengunjungi website Kemenhub atau follow media sosialnya di instagram, twitter, dan facebook.


Sayangnya, transportasi yang saling terkoneksi tersebut baru bisa dirasakan kemudahannya di sekitar wilayah Jakarta. Saya yang setahun lalu pindah domisili ke Kabupaten Bogor Jawa Barat kembali belum merasakan sepenuhnya perkembangan dan kemajuan dalam bertransportasi. Dari rumah masih mengandalkan ojek online untuk menuju commuter line untuk menuju Jakarta atau Kota Bogor karena lokasi rumah belum terjangkau angkot dan armada transportasi kecil lainnya yang memiliki semua kenyamanan yang telah saya sebut di atas.

Mungkin ke depannya Kementrian Perhubungan (Kemenhub) Republik Indonesia juga akan memperhatikan kawasan penunjang DKI Jakarta seperti kawasan Bogor dalam mendapatkan moda transportasi yang mengutamakan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan. Jika semua daerah memiliki sistem transportasi ungguk, sudah pasti Indonesia akan maju.

Artikel ini merupakan artikel pemenang subtema “Keselamatan, Keamanan, dan Kenyamanan Transportasi Saat Ini” Kemenhub Blogger Writing Competition 2019 atas nama Ninin Rahayu Sari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper