Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo melakukan restocking 50.000 ekor ikan nilem ke Waduk GOR Jakabaring, Sumatera Selatan. Adapun keberadaan ikan tersebut terancam punah.
"Kita melepas sebanyak 50.000 benih nilem. Ikan nilem adalah ikan asli di perairan Sumatera Selatan. Diharapkan dengan pelepasliaran ini ikan lokal kita dapat terus terjaga," katanya seperti dikutip dalam rilis, Selasa (5/11/2019).
Selain untuk menjaga eksistensi, restocking ikan nilem ini juga sebagai upaya untuk meningkatkan sektor perikanan budi daya yang jadi agenda prioritas Edhy sesuai perintah Presiden Joko Widodo.
Perikanan budi daya, menurutnya, menghasilkan devisa cukup besar, apalagi masih banyak ceruk untuk potensi ini. "Masih banyak yang bisa kita buat untuk negara agar menghasilkan lapangan pekerjaan dan yang paling penting tambahan penghasilan bagi masyarakat," tuturnya.
Dalam jangka panjang, kegiatan budi daya ikan juga dinilai ampuh untuk mengatasi persoalan stunting atau hambatan pertumbuhan tubuh dengan menyediakan banyak ikan untuk dikonsumsi.
Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto menjelaskan restocking ikan ini dilakukan dalam rangka memperkaya kembali plasma nutfah yang ada di perairan umum, terutama ikan-ikan asli daerah. Menurutnya, ikan nilem saat ini keberadaannya di alam sudah mulai terancam.
Selain itu, restocking dilakukan dalam rangka menjaga lingkungan perairan karena ikan nilem merupakan plankton feeder. Diketahui, keberadaan plankton memang mengindikasikan kesuburan perairan, namun jika plankton terlalu banyak, dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan.
"Ikan ini merupakan plankton feeder sehingga bisa mempertahankan atau bisa menstabilkan air terkait dengan kesuburan perairannya. Jadi, diharapkan tidak ada blooming plankton. Kalau ada blooming plankton nanti itu berbahaya pada saat ada upwelling, menyebabkan ikan-ikan mati," jelasnya.
Slamet menambahkan pada dasarnya ada dua sasaran peningkatan budi daya ikan. Pertama, penyediaan produk-produk perikanan untuk diekspor. Kedua, menyediakan bahan makanan untuk ketahanan pangan.
Sumsel, kata Slamet merupakan daerah dengan konsumsi ikan yang cukup tinggi karena memang telah terbiasa dengan kegiatan budi daya ikan. Sumsel juga penghasil patin yang berorientasi ekspor, salah satunya ke Arab Saudi.
"Contoh saja di OKU Timur. OKU Timur termasuk penghasil patin yang terbesar di Sumsel. Jadi, patin bukan hanya untuk ketahanan pangan, tetapi kita dorong pemasok industri untuk diekspor," terang Slamet.
Tak hanya Sumsel, menurut Slamet hampir seluruh wilayah di Indonesia berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budi daya ikan.