Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Teknologi Baru Jadi Tantangan Pengembangan Industri Alat Kesehatan Lokal

Sejumlah tantangan masih mengadang pelaku industri alat kesehatan (alkes) nasional untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor.
ilustrasi
ilustrasi

Bisnis.com, CIKARANG – Sejumlah tantangan masih mengadang pelaku industri alat kesehatan (alkes) nasional untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor.

Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek menjelaskan tantangan pertama adalah terkait penerapan teknologi. Menurutnya, sejauh ini produk alkes canggih dipenuhi oleh produk impor.

"Tantangannya untuk alat yang lebih canggih. Kita harus memiliki teknologi tinggi," ujarnya, Senin (7/10/2019).

Di samping itu, kata Nila, strategi pemasaran juga menjadi tantangan lainnya bagi pemenuhan kebutuhan alkes. Dia menjelaskan produksi alkes mesti dibarengi pemetaan yang jelas terkait target pasar yang disasar.

"Misalnya, Indonesia mau bikin yang lebih tinggi lagi, seperti robotic surgery, pasarnya harus kita perhitungkan dengan benar. Siapa yang mau membeli? Apakah orang asing dari luar mau membeli?"

Nila mengatakan sejauh ini sebagian besar pemenuhan alkes dalam negeri sudah dipenuhi oleh produsen lokal. Dia mengatakan bahwa saat ini penggunaan alkes di rumah sakit tipe atau kelas D sudah mencapai 70%, sedangkan untuk kelas C mencapai 61%. Pemanfaatan alkes yang diproduksi industri lokal itu pun mencapai 54% untuk rumah sakit tipe B dan 50% untuk tipe A.

Menkes menjelaskan rasio pemanfaatan alkes lokal itu semakin kecil seiring kenaikan tipe kelas lantaran adanya kebutuhan alat berteknologi tinggi, seperti CT Scan dan MRI yang umumnya masih diimpor. Kendati demikian, dia menegaskan bahwa alkes dasar, seperti jarum suntik, masker, linen untuk baju operasi sudah dipenuhi oleh produsen lokal.

Sementara itu, Direktur Utama PT Oneject Indonesia Jahja Tear Tjahjana mengatakan pihaknya saat ini masih dihadapkan pada tantangan pemenuhan bahan baku dalam negeri. Untuk memroduksi alat suntik, pihaknya memerlukan pasokan bahan baku biji plastik dengan spesifikasi khusus. Selama ini, pihaknya mendapatkan pasokan biji plastik dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.

"Tantangannya adalah bagaimana meningkatkan TKDN [tingkat komponen dalam negeri] dan itu dipengaruhi oleh supplier, pemasok bahan baku, selama ini dari Chandra Asri. Kalau tidak bisa di-support, kami impor dari Korea Selatan."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper