Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penertiban Truk ‘Obesitas’ Bakal Dongkrak Penjualan

Direktur Penjualan dan Pemasaran KTB Duljatmono mengatakan bahwa penertiban ODOL secara logika akan mendorong permintaan kendaraan niaga. Namun demikian, hal ini akan bergantung pada konsistensi pemerintah dalam menertibkan pelanggaran tersebut.
Truk sarat muatan melintasi jalur lintas Sumatra Timur di Kayu Agung, Ogan Komering Ilir, Jumat (3/5/2019)./Bisnis-Tim Jelajah Infrastruktur Sumatra 2019-Abdullah Azzam
Truk sarat muatan melintasi jalur lintas Sumatra Timur di Kayu Agung, Ogan Komering Ilir, Jumat (3/5/2019)./Bisnis-Tim Jelajah Infrastruktur Sumatra 2019-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), agen pemegang merek (APM) Mitsubishi Fuso, menilai penertibah truk obesitas atau truk dengan muatan overload overdimension (ODOL) akan diikuti dengan penyesuaian di pasar yang akan berdampak pada peningkatan penjualan.

Direktur Penjualan dan Pemasaran KTB Duljatmono mengatakan bahwa penertiban ODOL secara logika akan mendorong permintaan kendaraan niaga. Namun demikian, hal ini akan bergantung pada konsistensi pemerintah dalam menertibkan pelanggaran tersebut.

“Saya kira prosesnya akan bertahap terjadinya, kan memang pemerintah baru rencananya masih keras, tapi sejauh ini masih persuasif untuk mencapai 2021 zero ODOL. Artinya, sudah tidak ada lagi yang angkut lagi overloading, hal ini juga akan menggerakan ekonomi,” katanya kepada Bisnis, Minggu (6/10/2019).

Kendati demikian, dia mengatakan APM tidak serta merta dapat terlibat langsung dalam menekan tingkat ODOL. Menurutnya, hal itu bergantung pada keputusan konsumen dalam membangun karoseri bak ataupun rear body sesuai dengan kebutuhannya.

Dia menuturkan, meminta APM untuk memproduksi dan memasarkan kendaraan dengan kemampuan yang lebih rendah bukan solusi untuk menekan ODOL. Spesifikasi truk saat ini bukan sengaja didesain untuk memfasilitasi ODOL, melainkan untuk menyesuaikan dengan kondisi geografis di Tanah Air.

“Desain itu ada faktor safety, selalu ada. Jadi bukan didesain untuk overloading, dari dulu tidak ada begitu. Dia tangguh dan kuat karena kebutuhan medan kita seperti itu. Kalau dipasang overloading, itu urusan lain, keputusan konsumen,” tuturnya.

Kendati demikian, dia menegaskan KTB terus berupaya untuk membantu pemerintah mensosialisasikan pelarangan ODOL melalui edukasi kepada konsumen. KTB menganjurkan konsumen untuk membuat karoseri sesuai peraturan dari Pemerintah.

“Sekarang kami melakukan sosialisasi untuk memberikan edukasi kepada konsumen, kita juga adakan gathering dalam rangka mendorong mereka agar membuat membuat bak belakang atau rear body sesuai dengan aturan,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper