Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja industri alat berat masih tertekan pada semester I/2019, sejalan dengan kondisi sejumlah sektor manufaktur.
Ketua Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaluddin mengatakan beberapa anggota belum dapat menyaingi harga ekspor alat berat China yang notabenenya sudah dikenakan tambahan bea masuk 25%.
Menurutnya, realisasi serapan alat berat pada semester I/2019 turun 5% secara tahunan. Alhasil, asosiasi merevisi target serapan alat berat menjadi sekitar 7.000 pada tahun ini atau turun sekitar 15%-20% dari realisasi tahun lalu.
Adapun, Direktur Utama PT Komatsu Indonesia Pratjojo Dewo mengatakan realisasi serapan perseroan pada semester I/2019 turun 10% secara tahunan. Pihaknya belum melihat ada realisasi potensi perang dagang AS dan China pada semester II/2019.
“Kami melihatnya [semester II/2019 akan] lebih baik dari semester I/2019, tapi tidak lebih baik dari semester II.2018,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.
Hinabi sebelumnya menyatakan akan meningkatkan kandungan lokal produk industri. Asosiasi menilai hal tersebut penting untuk merealisasikan potensi perang dagang antara Amerika Seritkat (AS) dan China.
Jamaluddin mengatakan kandungan lokal produk alat berat lokal baru di level 40%, sedangkan selebihnya bergantung kepada bahan baku impor. Adapun untuk meningkatkan kandungan lokal, para anggota asosiasi sedang menguji baja lokal kepada principal masing-masing anggota agar bisa digunakan di dalam negeri.
Jamaluddin mengatakan bahan baku lokal yang baru dapat digunakan adalah silinder baja diameter 60mm yang diproduksi oleh PT Jatim Taman Stell Mfg di Sidoarjo.