Bisnis.com, JAKARTA — Jumlah perjalanan wisatawan domestik pada 2018 tumbuh 12,37% atau sebanyak 303,4 juta kali dibandingkan dengan jumlah perjalanan pada 2017 yang mencapai 270,82 juta kali perjalanan.
Dari sisi pengeluaran, total pengeluaran wisatawan domestik pada 2018 mencapai 291,02 triliun atau naik 17,89% dari realisasi total pengeluaran ppada 2017 senilai Rp253,45 triliun.
Peningkatan ini terjadi lantaran kondisi ekonomi yang semakin membaik dan semakin mudahnya aksesbilitas ke daerah-daerah tujuan wisata.
Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar Guntur Sakti mengatakan dalam 5 tahun terakhir yaitu sepanjang 2013—2018, jumlah perjalanan wisatawan domestik memang telah meningkat lebih dari 21%. Menurutnya, selama ini tren wisatawan domestik yang terus meningkat lebih didominasi oleh generasi milenial.
“Trennya terus meningkat sepanjang tahun, apalagi didominasi oleh milenial sekitar 70%,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (9/9/2019) malam.
Sementara itu, Rusmiati selaku ketua umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA), optimistis tren kenaikan perjalanan wisatawan domestik akan terus berlanjut pada tahun ini.
“Proyeksinya akan tetap naik, karena kita kan sudah banyak melakukan promosi dan mudah-mudahan tidak ada hal hal yang mempengaruhi wisatawan domestik dan kami berharap trennya naik terus, kalau angkanya belum ada,”
Sebagai informasi, menilik data BPS, pada 2016 jumlah perjalanan wisatawan domestik mencapai 264,34 juta kali perjalanan. Pada 2015 mencapai 256,42 kali juta perjalanan, pada 2014 mencapai 251,24 kali juta perjalanan dan pada 2013 jumlah perjalanan wisatawan domestic mencapai 250,04 kali juta perjalanan.
Disisi lain, jika dibandingkan dengan jumlah wisatawan mancanegara, jumlah perjalanan wisatawan domestik memang jauh lebih tinggi.
Direktur Statistik Keuangan, Teknologi Informasi, dan Pariwisata, Titi Kanti Lestari mengatakan jumlah wisatawan mancanegara yang tidak sebanyak wisatawan domestic diduga disebabkan adanya ekonomi melemah di beberapa negara sehingga banyak wisman yang memilih untuk traveling di negaranya sendiri.
Selain itu, imbuhnya, persaingan ketat antara Indonesia dengan negara ASEAN lainnya juga mempengaruhi jumlah wisman di Indonesia. Apalagi, masih banyak lokasi wisata di Indonesia yang belum memiliki fasilitas penunjang seperti transportasi umum.