Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asia Pacific Rayon Optimistis Capai Kapasitas Penuh Produksi Serat Viscose

PT Asia Pacific Rayon (APR) optimistis dapat mencapai kapasitas produksi penuh pada 2020.
Direktur Asia Pacific Rayon (APR) Basrie Kamba (kedua kanan) didampingi Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Hery Trianto (kanan), Deputy Director Corporate Affairs APRIL Group Djarot Handoko (kedua kiri) dan Business Development Overseas Manager Asia Pacific Rayon Fatoni Ibrahim memberikan pemaparan saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Direktur Asia Pacific Rayon (APR) Basrie Kamba (kedua kanan) didampingi Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Hery Trianto (kanan), Deputy Director Corporate Affairs APRIL Group Djarot Handoko (kedua kiri) dan Business Development Overseas Manager Asia Pacific Rayon Fatoni Ibrahim memberikan pemaparan saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA—PT Asia Pacific Rayon (APR) optimistis dapat mencapai kapasitas produksi penuh pada 2020.

Direktur PT Asia Pacific Rayon (APR) Basrie Kamba mengatakan, perseroan memiliki kapasitas terpasang untuk memproduksi serat viscose sebesar 240.000 ton per tahun. Sejak mulai beroperasi pada sekitar Maret 2019, hingga kini produksi APR mencapai 105.000 ton.

“Mudah-mudahan awal kuartal I atau kuartal II tahun depan bisa full. Kalau bisa tahun ini ya syukur, cuma kan namanya pabrik baru, sekarang sudah 105.000 ton saja itu blessing,” ujarnya di Jakarta, Senin (2/9/2019).

Dari jumlah yang diproduksi tersebut, sebesar 55% dijual ke pasar global dan sisanya untuk pasar domestik. Beberapa negara yang dituju memiliki kebutuhan besar serat viscose, seperti Turki, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, dan Srilanka. Produk APR juga dikirim ke Jerman, Italia, dan Mauritius.

Menurut Basrie, dengan beroperasinya pabrik APR, ekspor serat viscose nasional meningkat. Pada periode Januari—Juni 2018 ekspor serat viscose sebanyak 103.000 ton dan meningkat menjadi 166.000 ton pada periode yang sama tahun ini.

Di sisi lain, impor viscose menurun dari 39.000 ton menjadi 26.000 ton pada periode Januari—Juni 2019. “Secara global, kebutuhan viscose 5,7 juta ton per tahun dengan China sebagai negara penyerap utama, disusul Indonesia dan India. Pasar domestik Indonesia cukup besar.”

Dia pun meyakini kebutuhan serat viscose dalam negeri akan terus meningkat. Apalagi, saat ini tren fesyen berkelanjutan terus bertumbuh dan digaungkan di seluruh dunia.

APR pun berupaya menghubungkan ekosistem fesyen berkelanjutan di dalam negeri agar kesadaran dan kebutuhan penggunaan serat viscose yang dapat terurai ini meningkat.

Di dalam negeri serat viscose digunakan untuk bahan berbagai macam jenis pakaian, seperti batik dan kain tenun tradisional. Serat ini juga banyak digunakan sebagai bahan pakaian pantai karena sifatnya yang dingin.

“Viscose akan jadi alternatif selain serat poliester dan kapas. Apalagi ini tersedia di dalam negeri, di mana dari sisi jarak, kualitas, dan harga lebih baik,” kata Basrie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper