Bisnis.com, JAKARTA - Mengingat permintaan lokal yang rendah, Asosiasi Semen Indonesia mendorong anggotanya untuk untuk menggenjot performa ekspor.
Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengatakan bahwa permintaan pasar ekspor pada Januari—Juli naik 11% secara tahunan menjadi 3,48 juta ton. Adapun, target serapan pasar ekspor pada tahun ini adalah 6,5 juta ton atau naik 16% dari realisasi tahun lalu.
“Satu-satunya harapan adalah ekspor clinker dan semen, namun kondisinya juga cukup berat,” katanya kepada Bisnis, Kamis (15/8/2019).
Persaingan pasar clinker dan semen di luar negeri cukup ketat karena Thailand, Vietnam, Taiwan, dan Jepang juga oversupply dan mereka sudah masuk pasar ekspor sejak 4—5 tahun yang lalu.
Berdasarkan data ASI, konsumsi semen pada bulan Juli tidak sesuai dengan harapan pelaku industri. Pasalnya, konsumsi semen pada Juli 2018 sudah mulai menanjak, sedangkan konsumsi pada Juli 2019 justru kontraksi 1,6% menjadi 6,3 juta ton.
Adapun, konsumsi pada Januari—Juli turun 2% menjadi 35,7 juta ton atau lebih rendah sekitar 738.000 ton secara tahunan.
Penurunan tersebut disebabkan oleh serapan di pulau Sumatera dan pulau Jawa yang kembali anjlok pada Juli. “[Konsumsi di pulau] Jawa mengalami penurunan sangat tajam, terutama di daerah DKI Jakarta turun sekitar 30% dan Jawa Tengah turun sekitar 23%,” ujarnya.
Secara konsolidasi, Widodo mencatat, penurunan konsumsi di pulau Sumatera (-6,8%), Jawa (-1,3%), dan Nusa Tenggara (14,6%) merupakan pendorong penurunan konsumsi pada Juli. Sementara itu, ketiga daerah tersebut berkontribusi sekita 75% dari total kebutuhan nasional.
Alhasil, peningkatan serapan di pulau Kalimantan (8%), Sulawesi (7,8%, dan Maluku dan Papua (9,8%) tidak dapat menutupi penurunan konsumsi di ketiga daerah lainnya. Widodo berujar walaupun konsumsi pada semester II/2019 konsumsi semen biasanya melonjak, peningkatan konsumsi agar tidak lebih rendah dari tahun lalu cukup berat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel