Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krist Ade Sudiyono : "Bisnis Jalan Tol Akan Terus Berkembang"

Group Astra serius mengembangkan bisnis di sektor infrastruktur dengan menghadirkan PT Astra Tol Nusantara untuk berbisnis tol. Dari yang semula hanya memiliki ruas tol Tangerang—Merak, kini portofolio aset tol Astra terus berkembang hingga mencapai enam ruas.
CEO Toll Road Business Group Astra Kris Ade Sudiyono (dari kiri) berbincang dengan Wakil Ketua Pengurus YLKI  Sudaryatmo, Wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Chamdan Purwoko, Kepala BPTJ Bambang Prihartono, Pengamat Hukum Ketatanegaraan Ahmad Redi, dan moderator Redaktur Pelaksana Bisnis Indonesia Maria Benyamin di sela-sela diskusi transportasi, di Jakarta, Kamis (2/5/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
CEO Toll Road Business Group Astra Kris Ade Sudiyono (dari kiri) berbincang dengan Wakil Ketua Pengurus YLKI Sudaryatmo, Wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Chamdan Purwoko, Kepala BPTJ Bambang Prihartono, Pengamat Hukum Ketatanegaraan Ahmad Redi, dan moderator Redaktur Pelaksana Bisnis Indonesia Maria Benyamin di sela-sela diskusi transportasi, di Jakarta, Kamis (2/5/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA – Keseriusan Group Astra mengembangkan bisnis di sektor infrastruktur diwujudkan dengan kehadiran PT Astra Tol Nusantara untuk menjalankan bisnis tol. Dari yang semula hanya memiliki satu aset yaitu ruas tol Tangerang—Merak, kini portofolio aset tol Astra terus berkembang hingga mencapai enam ruas. Untuk menggali lebih jauh mengenai perkembangan bisnis perusahaan, Bisnis.com berkesempatan mewawancarai CEO Toll Road Business Astra Infra Group, Krist Ade Sudiyono. Berikut petikannya:

Bagaimana sebenarnya model bisnis Astra Infra Toll Road?

Seperti diketahui, PT Astra Tol Nusantara [Astra Infra Toll Road] adalah bagian dari kelompok usaha Group Astra. Kami diberi mandat oleh pemegang saham, untuk bersama-sama komponen bangsa lainnya, berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Kami merealisasikan mandat tersebut dengan masuk ke proyek-proyek investasi model konsesi jalan tol di Indonesia.

Ada dua pilar bisnis Astra Infra Tollroad saat ini. Pertama, di PT Astra Tol Nusantara adalah bisnis jalan tol berbasis konsesi. Hingga saat ini kami sudah memiliki 6 konsesi pada 6 ruas jalan tol di Indonesia. Pilar kedua adalah services business untuk mendukung bisnis jalan tol berbasis konsesi tadi.

Area bisnis yang menjadi fokus dari lini bisnis services ini adalah jasa layanan pengoperasian, bisa berupa operasi, pemeliharaan, dan konsultansi jalan tol, dan sebagainya. Kami percaya kedua lini bisnis ini akan saling mendukung untuk perkembangan sektor infrastruktur ke depan.

Bagaimana perkembangan bisnis perusahaan sejauh ini?

Patut disyukuri, growth bisnis Astra Infra Toll Road kami sejauh ini sangat menggembirakan. Dari awalnya portofolio ruas tol kami hanya 1 aset konsensi, tetapi sekarang kami sudah punya memiliki 6 aset konsesi jalan tol.

Saat ini total panjang jalan tol yang dikelola sudah mencapai sekitar 350 km. Sejak diluncurkan tahun lalu, kami saat ini sudah me-manage 3 ruas tol, baik yang bersifat full service ataupun layanan parsial.

Kontribusi ininya memang belum cukup besar, meskipun, jika dibandingkan dengan aset konsesi yang dimiliki BUMN seperti Jasa Marga, Waskita Karya, Hutama Karya, dan lainnya. Kami masih jauh di bawah mereka. Namun, jika dibandingkan dengan investor dari private sector lainnya, mungkin kami menjadi kelompok usaha swasta dengan kontribusi investasi jalan tol terbesar.

Mana saja ruas tol yang dikelola Astra Infra Toll Road sejauh ini?

Ruas pertama kami adalah tol Tangerang—Merak. Melalui PT Marga Mandalasakti, kami memiliki 79,3% saham. Aset ini konsesinya paling panjang, karena ketika kami masuk ada proses rehabilitasi. Jalan ke arah Merak yang tadinya rusak, tetapi sekarang sudah bagus.

Kemudian, ruas Cikopo—Palimanan melalui PT Lintas Marga Sedaya. Di ruas tersebut kami punya 45%. Selanjutnya, ruas Semarang—Solo, melalui PT Trans Marga Jateng, dan ruas Jombang—Mojokerto melalui PT Marga Harjaya Infrastruktur. Kepemilikan di masing-masing ruas tersebut sebesar 40% dan 100%.

Aset tol operasional yang paling baru adalah ruas Surabaya—Mojokerto. Kami memiliki 45% di PT Jasamarga Surabaya Mojokerto. PT Marga Trans Nusantara, konsesi tol ruas Serpong—Kunciran, adalah satu-satunya ruas yang belum beroperasi, karena masih dalam tahap konstruksi. Harapannya pada akhir tahun ini, jalan tol tersebut konstruksinya selesai, dan bisa segera dioperasikan.

Bagaimana Anda melihat peluang bisnis jalan tol ke depannya?

Saya kira infrastruktur industri jalan tol masih akan menjadi alternatif dan peluang investasi yang baik ke depan. Dalam siklus industri, yang terjadi di bisnis jalan tol saat ini adalah tahapan konsolidasi setelah diawali dengan fase pembangunan. Perkembangan pesat panjang jalan tol yang beroperasi dalam kurun 5 tahun belakangan adalah bukti tingginya appetite investasi di sektor ini.

Sekarang jalan tol Trans-Jawa sudah beroperasi dengan panjang hampir sekitar 1.500 km, dan ditambah Trans-Sumatra. Saat ini juga diinisiasi proyek-proyek jalan tol di wilayah Kalimantan, dan Sulawesi. Dalam perspektif investasi, kondisi ini membuktikan bahwa peluang bisnis jalan tol akan terus berkembang pada masa mendatang. Kalau dalam siklus industri berarti akan muncul aset-aset jalan tol baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Hendra Wibawa
Sumber : Bisnis Indonesia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper