Bisnis.com, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi 5,05% (y-o-y) pada kuartal II/2019 diprediksi menjadi tanda sulitnya Indonesia mencapai target 5,2%.
Menurut ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Muhammad Faisal menyatakan target pertumbuhan tidak akan tercapai.
"Bahkan untuk menembus 5,1% pun susah," ungkap Faisal kepada Bisnis.com, Selasa (6/8/2019).
Dia menilai faktor pertumbuhan ekonomi melambat tidak semata-mata karena kondisi global yang tidak stabil akibat perang dagang.
"Tetapi juga perlambatan pertumbuhan global dan penurunan harga komoditas," ujar Faisal.
Asal tahu saja, Badan Pusat Statistik menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2019 didukung oleh semua lapangan usaha terkecuali pertambangan dan penggalian.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suharyanto menyatakan sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan terlihat dari Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).
Pada kuartal II/2019, ADHB pertambangan dan penggalian tercatat Rp292,6 triliun, sedangkan pada kuartal I/2019 lebih tinggi yaitu Rp293,9 triliun.
Untuk ADHK sektor pertambangan dan penggalian juga tercatat pada kuartal II/2019 sebesar Rp198,7 triliun lebih kecil dari kuartal I/2019 yakni Rp199,9 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel