Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dongkrak Daya Saing, Industri Kimia Perlu Kawasan Industri Terintegrasi

Asosiasi Kimia Dasar Anorganik Indonesia (Akida) menyatakan pembentukan kawasan industri yang terintegrasi dari hulu ke hilir dapat membuat proses produksi nasional lebih efisien.
Ilustrasi kawasan industri./ANTARA-Ahmad Subaidi
Ilustrasi kawasan industri./ANTARA-Ahmad Subaidi

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Kimia Dasar Anorganik Indonesia (Akida) menyatakan pembentukan kawasan industri yang terintegrasi dari hulu ke hilir dapat membuat proses produksi nasional lebih efisien. Alhasil, produk pabrikan lokal akan lebih kompetitif di pasar global.

Ketua Akida Michael Susanto Pardi mengatakan infrastruktur yang tersedia saat ini belum mendukung proses produksi sektor manufaktur lantaran lokasi masing-masing pelaku yang terpisah dan berjarak. Michael mengusulkan agar pemangku kepentingan merencanakan pendirian kawasan industri yang terintegrasi di sebuah wilayah sekitar 2039.

“Industri di dalam negeri belum terintegrasi. Di negara-negara lain ada satu lokasi kawasan industri besar dar hulu ke hilir sampai ekspor. Biaya logistik di dalam negeri besar,” ujarnya kepada Bisnis pekan lalu.

Michael mengatakan beberapa kawasan industri yang dapat diadopsi antara lain kawasan industri Pulau Jurong dan kawasan industri Shanghai. Menurutnya, kawasan industri yang terintegrasi antara industri hulu, industri hilir, dan pasar dapat menekan biaya logistik kebutuhan dalam negeri yang terbilang mahal atau 5%-7% dari total biaya produksi.

Dia mengatakan, jarak antara Karawang—Medan dan Karawang—Jurong tidak jauh berbeda, tetapi menurutnya biaya logistik ke Medan 2—3 kali lebih tinggi dibandingkan biaya logistik ke Singapura. Selain itu, biaya logistik antara Karawang—Surabaya dan Karawang—Tokyo sama yakni US$30—US$40 per metrik ton. “Jarak beda, tapi ongkosnya sama.”

Michael menilai adanya kawasan industri terintegrasi dapat memberikan kepastian hukum bagi industri kimia untuk berproduksi. Pasalnya, proses produksi pabrikan selalu terganggu oleh masyarakat sekitar yang memiliki stigma buruk terhadap industri kimia.

Walau para pelaku industri kimia sudah mematuhi seluruh regulasi, melaksanakan program corporate social responsibilities (CSR), berdialog dengan masyarakat sekitar, dan memiliki standar produksi internasional yang lengkap, gangguan tersebut kerap terjadi.

Michael mengusulkan agar para pemangku kepentingan membuat rencana untuk membangun kawasan industri terintegrasi pada 2039. Sampai saat ini, lanjutnya, pulau Jawa menjadi pilihan yang strategis untuk lokasi kawasan industri tersebut lantaran volume pasar terbesar ada di pulau Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper