Bisnis.com, JAKARTA — Metode pengajaran mata pelajaran Pancasial bakal diubah oleh pemerintah, dari yang sebelumnya berbasis pengetahuan menjadi berbasis penerapan.
"Jadi metode pengajarannya berbeda untuk per jenjang, contohnya untuk kelas rendah seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga kelas dua SMP lebih pada pembentukan watak," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Totok Suprayitno, seperti dikutip dari Antara, Rabu (10/7/2019).
Totok memberi contoh jika anak belajar gotong royong, maka mereka langsung diajarkan praktik gotong royong. Begitu juga untuk pelajaran empati, saling berbagi juga langsung pada praktik. Sementara itu, untuk siswa kelas tiga SMP hingga SMA, yang diajarkan lebih pada pengetahuan.
"Semakin tinggi kelasnya, tatarannya beda. Tapi sudah masuk pengetahuan di dalam pelajaran itu," tambah dia. Totok menambahkan untuk penilaian akan ada rapor karakter. Dalam rapor tersebut, tidak ada nilai, tetapi yang ada hanya rapor karakter.
Dalam rapor karakter juga anak tidak dihakimi apakah dia bodoh atau pintar, kamu baik atau jahat dan lainnya. Melainkan perkembangan anak dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Dalam rapor itu, guru diminta untuk mendeskripsikan karakter anak, contohnya salah satu nilai Pancasila yakni empati yang dicerminkan melalui perilaku menolong teman yang membutuhkan. Hal tersebut selama ini belum berkembang.
"Untuk tahap awal, masih masuk dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)," kata dia.
Dia berharap dari penanaman nilai-nilai Pancasila sejak dini, maka akan lahir generasi yang memiliki karakter Pancasila. Totok menyebut perubahan metode pengajaran itu akan dilakukan mulai tahun ini.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Supriano mengatakan pihaknya akan melatih sebanyak 1.020 guru PKn mulai 15 Juli mendatang. Diharapkan guru-guru itu bisa mengubah metode pengajarannya dari sebelumnya berorientasi pada pengetahuan pada jenjang dasar menjadi penerapan nilai Pancasila.