Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Syafruddin serta Gubernur Sultra Ali Mazi melakukan groundbreaking smelter feronikel (FeNi) PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Sabtu (15/6/2019).
Smelter tersebut nantinya dapat mengolah nikel dengan kapasitas input bijih (ore) 5 juta ton per tahun dan output dalam bentuk FeNi sebanyak 230.000 ton per tahun dengan kadar nikel 22%—24%. Adapun smelter yang ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2021 tersebut dibangun dengan mengadopsi teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF).
Arcandra mengatakan sumber daya alam memegang peran penting dalam mendorong pembangunan nasional. Meski begitu, prinsip pemanfaatannya tetap berpedoman pada Pasal 33 UUD 1945, yakni dikuasai oleh negara dan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Interpretasi dari dikuasai oleh negara, lanjut Arcandra, kekayaan alam dikelola oleh sumber daya manusia terbaik Indonesia menggunakan teknologi yang dikembangkan bangsa Indonesia, pendanaan bersumber dari kemampuan dalam negeri, dan hasil pengelolaan dioptimalkan untuk kebutuhan di dalam negeri.
"Sesuai dengan amanat undang-undang, kita ingin agar nikel ini dapat kita olah [di dalam negeri] dan memperpanjang rantai pengolahannya sehingga bisa menghasilkan nilai tambah," katanya dalam keterangan resmi yang diperoleh Bisnis, Sabtu (15/6/2019).
Direktur Utama CNI Derian Sakmiwata mengatakan teknologi yang dipakai untuk smelter tersebut merupakan yang pertama di Indonesia dengan total investasi senilai Rp14,5 triliun.
Dalam proyek tersebut, pihaknya menggandeng salah satu BUMN, yakni PT PP (Persero) untuk pembangunan gedung pabrik peleburan FeNi serta infrastruktur pendukung. Selain itu, CNI juga menggandeng ENFI, salah satu BUMN asal China, untuk rancangan rekayasa serta pemasangan peralatan utama pabrik peleburan FeNi.
“Ini merupakan kerjasama pembangunan proyek smelter yang pertama di Indonesia antara perusahaan nasional, BUMN Indonesia, dan BUMN China. Sedangkan kebutuhan listrik sebesar 350 MW untuk menunjang smelter yang akan dibangun dipasok oleh PT PLN (Persero),” tuturnya.
Selain proyek smelter FeNi, tambah Derian, pihaknya juga mendukung program pemerintah dalam pengembangan mobil listrik dengan menyelesaikan studi kelayakan untuk membangun proyek hidrometalurgi dengan investasi US$973 juta untuk menghasilkan kobalt, komponen utama baterai mobil listrik.