Bisnis.com, JAKARTA – Penghuni kawasan industri Jababeka menilai kelengkapan fasilitas infrastruktur sarana dan prasarana yang disediakan mendukung bisnis proses pabrikan.
Dewi Kartika Rusli, Operations Director PT Madusari Nusaperdana (Madusari Foods), mengatakan perusahaan telah menerapkan ISO 22000 tentang Food Safety Management System sehingga pengawasan terhadap kualitas dan kesehatan makanan serta limbah yang dihasilkan oleh pabrik sangat ketat.
“Dengan dua pabrik pengolahan air limbah berkapasitas gabungan mencapai hampir 35.000 meter kubik per hari, Jababeka dapat membantu pengolahan limbah agar tidak mencemari lingkungan,” ujar Dewi, belum lama ini.
Selain infrastruktur pengolahan limbah yang ramah lingkungan, Jababeka juga menggandeng PT Bekasi Power dan PT Cikarang Listrindo Tbk. untuk menjamin pasokan listrik dari setiap mesin dan perangkat elektronik. Apalagi, kondisi listrik yang padam dapat menimbulkan kerusakan mesin produksi dan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
“Jadi, semua proses produksi kita electrical base. Jika tegangan listriknya tidak stabil itu bahaya, apalagi mesin berasal dari Eropa. Kalau rusak, penggantiannya mahal. Saat sosis dimasak tidak boleh mati listrik. Jika mati, bisa rusak semua sosis-sosis itu. Jadi memang kami mencari fasilitas yang menjamin pasokan listrik,” tandasnya.
Madusari Foods bergerak di bidang pengolahan daging. Sejak 1995, Madusari Foods mendirikan pabrik daging olahan di Jababeka untuk memproduksi sosis dan bakso. Madusari Foods juga telah memperluas basis produksi dengan menambah dua unit bangunan di Jababeka.
Saat ini perusahaan memproduksi tiga merek dagang, yakni Kimbo, Vigo, dan Vino. Sosis bermerek Kimbo merupakan sosis premium yang menyasar segmen rumah tangga dan dipasarkan di jaringan ritel. Adapun, sosis merek Vigo ditujukan bagi segmen pelajar, dan Fino untuk kalangan bawah. Saat ini, Madusari Foods mempekerjakan sekitar 300 karyawan.
Tidak hanya Madusari Foods, Managing Director PT Chemarome Indonesia Shanon Prita yang telah menjadi tenant selama 5 tahun di Jababeka juga menyampaikan hal yang sama. Pada tahun lalu, Chemarome Indonesia telah membuka pabrik baru di KAJI
“Kebetulan pada 2018 kami membeli unit lebih besar di Jababeka untuk ekspansi. Pada 2019 ini, kami akan fokus untuk membangun pabrik baru dengan kapasitas yang lebih besar,” ujar Shanon.
Perusahaan yang menghasilkan produk fragrance manufacture, yakni aroma dan pewangi ini memiliki skema business-to-business (B2B) dengan memasarkan bibit atau bahan parfum (pure oil) ke sejumlah perusahaan kecantikan dan kesehatan.
Sebanyak 70% dari hasil produksi perusahaan diekspor ke luar negeri, termasuk ke sejumlah negara di Timur Tengah dan Asia Tenggara. Adapun sisanya sebesar 30% untuk konsumsi dalam negeri. Di segmen ritel, Chemarome Indonesia juga memasok bibit parfum kepada penjual parfum di pertokoan. Hampir 80% dari total bahan baku diimpor dari Barcelona, Spanyol.