Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Tekstil dan Pakaian Jadi Diproyeksi Tumbuh 5%-6% Tahun Depan

Ekspor tekstil dan pakaian jadi pada tahun depan diproyeksikan tumbuh 5%--6% secara tahunan atau tembus US$14 miliar.
Ilustrasi ekspor dan impor/Istimewa
Ilustrasi ekspor dan impor/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA—Ekspor tekstil dan pakaian jadi pada tahun depan diproyeksikan tumbuh 5%-6% secara tahunan atau tembus US$14 miliar.

Sepanjang tahun ini, ekspor tekstil dan pakaian jadi diproyeksikan senilai US$13,50 miliar. Ade Sudrajat, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), mengatakan pertumbuhan pada tahun depan didorong salah satunya oleh faktor perjanjian perdagangan yang diupayakan pemerintah dengan negara lain.

“Pemerintah sedang gencar membuat perjanjian dagang dengan berbagai negara, seperti dengan European Free Trade Association (EFTA), India, Australia, Aljazair, juga Maroko,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (21/12/2018).

Sebagai informasi, perjanjian dagang antara Indonesia dan Australia telah mencapai kesepakatan dan tinggal menunggu penandatanganan kedua negara, sedangkan Indonesia-European Free Trade Association (EFTA) Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) ditandatangani pada bulan ini dan Indonesia dengan Chile pada awal 2018.

Selain itu, pemerintah juga akan mengejar penyelesaian perjanjian dagang yang sedang dalam proses seperti dengan Mozambik, Tunisia, Maroko, Uni Eropa dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Menurut Ade, upaya pemerintah untuk membuka peningkatan ekspor ke negara2 tersebut juga perlu dibarengi dengan dukungan dari dalam negeri, antara lain berupa harmonisasi tarif dari hulu ke hilir dan harga energi yang berdaya saing.

“Di hulu, misalnya purified terephtalic acid (PTA) sebagai bahan baku poliester dan plastik jangan ada perlindungan yang berlebihan, begitu juga untuk poliester. Kami sudah dibebani bea masuk 10 tahun lebih sehingga harga produk kurang bersaing dibandingkan produk negara lain,” jelasnya.

Adapun, tujuan ekspor tekstil dan pakaian jadi pada tahun depan diperkirakan masih didominasi ke negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang, dan kemungkinan terjaid peningkatan ke negara-negara yang perjanjian dagangnya telah diselesaikan.

Sementara itu, Kementerian Perindustrian memproyeksikan industri kimia, tekstil, dan aneka (IKTA) bisa tumbuh lebih tinggi tahun depan. Achmad Sigit Dwiwahjono, Dirjen IKTA Kemenperin, mengatakan proyeksi sektor tersebut pada tahun babi tanah mendatang di kisaran 3,6%-4%, sedangkan pertumbuhan pada akhir 2018 sebesar 3,4%.

“Tahun depan lebih baik, salah satunya karena ada investasi besar di hulu petrokimia oleh Lotte Chemical Indonesia, investasinya US$3,5 miliar dan sudah groundbreaking, tanah sudah kebeli, minimal konstruksi sudah dimulai atau sepertiga investasi sudah masuk. Nanti 2020, alat-alatnya datang sudah US$2 miliar,” katanya.

Pada sektor tekstil juga terdapat investasi, terutama di sektor antara atau midstream. Sigit menyebutkan saat ini beberapa investor asal China berminat untuk menanamkan modalnya di dalam negeri dengan membangun fasilitas produksi. Namun, pemerintah mendorong ke industri pencelupan dan pewarnaan kain.

“Industri tekstil kita masih lemah di situ. Sudah ada yang joint venture mengambil alih pabrik,” katanya.

Sebelumnya, Ade menuturkan saat ini terdapat perusahaan tekstil ketiga terbesar di China sedang mematangkan rencana investasi di sektor kain dan pencelupan di Indonesia. Perusahaan tersebut merupakan produsen kain dengan kualitas tinggi, terutama untuk kemeja merek-merek premium, seperti Hugo Boss.

Investor asal Negeri Panda tersebut akan melakukan negoisasi terkait lokasi, pekerja, pembeli, dan sebagainya. Menurutnya, salah satu faktor pendorong minat investasi tersebut adalah desakan lead time, bukan karena perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.

Ade menyebutkan dana yang ditanamkan oleh perusahaan China tersebut sekitar Rp500 miliar dan diperkirakan bisa meningkat mendekati Rp1 triliun, tergantung dari insentif yang didapatkan dari pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper