Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Kakao Diperkirakan Capai 350.000 ton

Produksi kakao nasional hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai 350.000 ton, ditopang oleh produksi dari areal tanam baru.
Pekerja memeriksa buah kakao di Sunggal, Deli Serdang, Sumut, Selasa (8/1). /Bisnis.com
Pekerja memeriksa buah kakao di Sunggal, Deli Serdang, Sumut, Selasa (8/1). /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Produksi kakao nasional hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai 350.000 ton, ditopang oleh produksi dari areal tanam baru.

Ketua Umum Dewan Kakao Indonesia (Dekaindo) Soetanto Abdoellah memprediksi bahwa sebenarnya hingga akhir tahun ini, produksi kakao bisa mencapai 350.000 ton, karena ada panen raya yang berlangsung pada November—Desember.

"Kurang lebih ada peningkatan sampai 40.000 ton pada akhir tahun ini. Tahun ini memang impor juga naik, tapi ekspor [biji] kakao kita juga naik. Artinya, [bisa diasumsikan] panenan tahun ini sedang bagus meski tidak banyak atau signifikan," katanya kepada Bisnis, Senin (10/12).

Berdasarkan data Dekaindo yang beranggotakan para stakeholders di industri berbasis komoditas itu, produksi pada 2017 berkisar 310.000 ton. Angka yang sama telah dicapai pada September tahun ini.

Menurut Soetanto, peningkatan produksi ini terjadi karena areal tanam baru yang ditanam 2 tahun—3 tahun lalu mulai menghasilkan buah seperti di Lampung dan Sumatra Barat, meskipun belum bisa menyamai produksi kakao di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara.

Meskipun demikian, Soetanto memperingatkan tentang kemungkinan koreksi produksi pada tahun depan khususnya untuk keempat sentra produksi yang sudah mapan tersebut.

"Tahun depan kemungkinan produksi agak susah ternyata. Daerah lain memang meningkat tapi sepertinya di Sulawesi sebagai sentra produksi cenderung turun. Tanaman disana itu sudah tua, rusak dan tidak dirawat. Jadi tahun depan produksi tergantung pada daerah baru akan lebih banyak mana panennya dengan daerah lama," katanya.

Soetanto menambahkan ada juga tren peralihan komoditas oleh para petani kakao di Sulawesi ke komoditas lain. Pasalnya, harga biji kakao saat ini tidak lagi menggiurkan bagi petani. Harga biji kakao di tingkat petani hanya Rp27.000/kg—Rp28.000/kg, setelah sempat mencapai Rp38.000/kg pada puncaknya.

"Mudah-mudahan daerah baru bisa menunjang karena daerah lama terus turun produksinya," kata Soetanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper