Bisnis.com, BADUNG—Pengembangan bandara internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, yang mencakup lima proyek dalam rangka persiapan pertemuan IMF-Bank Dunia sudah rampung. Dengan demikian, bandara dengan trafik 32.000 penumpang per hari ini siap menyambut 18.000 tamu tambahan.
General Manager Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi menyampaikan, pengembangan lima proyek di bandara dalam rangka persiapan pertemuan IMF-Bank Dunia pada 8--14 Oktober 2018 sudah selesai pada Minggu (23/9). Nilai investasinya mencapai Rp2,2 triliun yang berasal dari kas internal PT Angkasa Pura (Persero) 1.
"Pengembangan sudah selesai tanggal 23 kemarin. Namun, masih ada prosedur yang harus dilakukan, seperti verifikasi, dan upacara yang dilakukan hari ini, Senin (24/9/2018). Intinya semua kegiatan untuk 5 paket sudah bisa, Selasa (25/9/2018) bisa beroperasi," paparnya dalam acara kunjungan media di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Badung, Senin (24/9/2018).
Lima paket pengembangan bandara itu mencakup pematangan lahan pantai sisi barat dan pembangunan konstruksi apron barat, konstruksi apron timur, pembangunan gedung VVIP dan basis operasi TNI, pembangunan counter check in, serta gedung mobil parkir bertingkat.
Dalam pengembangannya, AP 1 bekerja sama dengan kontraktor pelaksana dari BUMN di antaranya PT PP, PT Nindya Karya, PT Waskita Karya, dan PT Amarta Karya. Hal ini sesuai arahan Menteri BUMN agar perusahaan di bawahnya bisa saling bersinergi.
Perihal reklamasi lahan sekitar 48 hektare (ha), 35,75 ha sudah selesai, sedangkan 12,15 ha lainnya menunggu perizinan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ketika perizinan keluar, pengembangan lanjutan dapat dilakukan.
Yanus menyampaikan, setelah izin reklamasi 35,75 ha didapatkan pada Mei 2018, pihaknya langsung tancap gas menyelesaikan kelima proyek. Dalam rentang waktu sekitar 5 bulan seluruh proyek dapat rampung.
Reklamasi memang perlu dilakukan karena Ngurah Rai melayani 15 juta-20 juta penumpang per tahun. Idealnya, dibutuhkan luasan bandara hingga 600 ha, sedangkan lahan yang ada hanya 285 ha.
"Ini menjadi tantangan lain bagi kami, karena setiap pengembangan bandara Bali, itu menggunakan lahan yang sebelumnya sudah digunakan. Di situlah kami perlu mengomunikasikan dengan baik kepada semua pihak," tuturnya.
Pengembangan Ngurah Rai juga bertujuan mendukung target Kementerian Pariwista pada 2019 untuk mendatangkan 20 wisatawan asing. Pasalnya, 40% dari target wisman itu diperkirakan masuk melalui Bali.
Direktur Pemasaran dan Pelayanan AP I Devy Suradji mengungkapkan, penambahan fasilitas tidak hanya dilakukan oleh AP 1 saja. Bandara melibatkan banyak stake holder, sehingga turut serta menambah layanan.
"Misalnya di bagian imigrasi, mereka juga perlu tambah petugas untuk melayani tamu-tamu IMF-Bank Dunia," ujarnya.
Co. General Manager Commercial Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai Rahadian D. Yogisworo menuturkan, pihaknya sudah mendapat daftar VVIP dari 28 negara yang akan menghadiri pertemuan IMF-Bank Dunia.
Diperkirakan puncak kedatangan terjadi pada 7 Oktober, sedangkan puncak kepulangan pada 14 Oktober 2018. Jumlah tamu yang datang diestimasi sekitar 18.000 orang. "Kami sehari-hari melayani 32.000 penumpang pulang pergi, kalau pick bisa 36.000. Jadi tambahan 18.000 penumpang [dari pertemuan IMF-Bank Dunia] kami sudah siap," ujarnya.
Salah satu penambahan fasilitas yang dilakukan AP 1 ialah menambah 16 gerbang otomatis (auto gate). Fasilitas tersebut melengkapi 4 auto gate exisiting yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Imigrasi.
Dengan adanya auto gate, waktu check in bisa menjadi kurang dari 30 detik dari sebelumnya manual hingga 45 detik. Penghematan 15 detik ini cukup signifikan memperlancar arus penumpang kedatangan. "Nantinya fasilitas auto gate selepas acara juga akan kami pakai terus," katanya.