Bisnis.com, JAKARTA — Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in menandatangani kesepakatan ulang perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, Senin (24/9/2018).
Kesepakatan dengan Korsel tersebut merupakan revisi kesepakatan dagang terbesar yang pertama kali disetujui oleh Trump sejak menjabat presiden AS.
Beberapa persyaratan baru dalam FTA iitu, yang dipaparkan oleh Gedung Putih pada Maret, terdiri dari beberapa modifikasi terkait aturan tarif impor dan kuota pengiriman produk otomotif.
Sementara Trump menyebut revisi FTA tersebut sebagai “kesepakatan baru”, Moon yang berbicara melalui penerjemah justru menyebut bahwa kedua negara hanya “memodifikasi” FTA sebelumnya.
“Kini kami akan mulai mengirimkan produk ke Korea Selatan. Ini [FTA] akan memberikan akses yang lebih baik untuk produk otomotif terbaik, obat-obatan inovatif, dan bibit pertanian AS ke pasar Korea Selatan,” kata Trump, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (25/9/2018).
Adapun di bawah kesepakan baru tersebut, Korea Selatan setuju untuk menggandakan jumlah pengiriman prouk mobil asal AS—sebesar 50.000 unit—untuk dijual di Korsel. Adapun, AS dapat mengirimkan produk mobil tersebut tanpa harus memenuhi persyaratan standar keamanan nasional Korsel.
Namun demikian, sejauh ini belum ada perusahaan mobil AS yang dapat menjual lebih dari 10.000 mobil per tahun di Korsel.
Selain itu, Korsel sepakat untuk mengizinkan AS memberlakukan tarif sebesar 25% untuk produk truk dari Korsel hingga 2041. Adapun di dalam kesepakatan sebelumnya, AS dijadwalkan untuk mempertahankan tarif tersebut hingga 2021.
Selain tentang produk otomotif, kesepakatan tersebut juga menambahkan aturan batasan kuota pengiriman baja dari Korsel ke AS.
Kuota ekspor baja dari Negeri Ginseng untuk Paman Sam, di dalam kesepakatan itu, dibatasi sebesar 2,68 juta ton atau 70% dari rata-rata tahunan penjualan baja ke AS sepanjang 2015-2017.
Adapun kesepakatan tersebut diperkirakan mulai berlaku per 1 Januari 2019.
“Perusahaan dari kedua negara akan lebih mudah berbisnis di bawah kondisi yang lebih stabil,” imbuh Moon.