Bisnis.com, DENPASAR—Arus pergerakan pesawat di Bandara I Gusti Ngurah Rai pada periode Januari-Agustus 2018 tercatat mengalami kenaikan 11%, dari 96.723 pesawat menjadi 107.338 pesawat.
Tercatat 15.640.887 penumpang yang dilayani pada periode Januari hingga Agustus 2018, atau naik 8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada 8 bulan pertama 2017, tercatat 14.481.013 pengguna jasa Bandar Udara yang keluar masuk Bali melalui Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
“Secara umum, terdapat kenaikan dalam statistik Lalu Lintas Angkutan Udara di Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai pada periode Januari hingga Agustus tahun ini. Dalam statistik pergerakan pesawat udara, kami mencatat ada kenaikan sebesar 11% dibandingkan tahun lalu, sedangkan untuk pergerakan penumpang, terdapat peningkatan sebesar 8%,” ujar General Manager Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Yanus Suprayogi, dikutip dari siaran pers, Rabu (19/9/2018).
Jika dirata-rata, dalam satu hari, terdapat 442 pesawat mengangkut 64.366 penumpang yang keluar masuk Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai dari bulan Januari hingga Agustus 2018.
Sementara itu, dalam periode Januari - Agustus 2018, tercatat 4.139.187 wisatawan mancanegara yang dilayani di Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, naik sebesar 6.61% dibandingkan dengan periode pencatatan yang sama di tahun 2017, yang mencapai 3.882.526 wisatawan.
Dengan jumlah wisatawan sebanyak 972.442 orang, China masih menjadi negara penyumbang terbesar pelancong mancanegara yang datang ke Indonesia melalui Bandar Udara kebanggaan masyarakat Bali ini.
Pada peringkat kedua dan ketiga ditempati Australia dan India, dengan jumlah masing-masing 770.228 dan 244.628 wisatawan.
“Terkait pencatatan wisatawan mancanegara, China, Australia, dan India masih menduduki tiga besar negara penyumbang terbanyak. Jika ditotal, persentase ketiga negara tersebut hampir separuh dari total jumlah wisatawan asing yang kami layani, dengan persentase 24,49% untuk China, 18,61% untuk Australia, dan 5,91% untuk India,” jelasnya.