Bisnis.com, JAKARTA — Hingga saat ini belum ada lagi penemuan lapangan minyak dan gas bumi skala besar. Padahal, kebutuhan minyak dan bahan bakar minyak di Tanah Air terus bertumbuh rerata 4% per tahun.
Di sisi lain, lapangan migas yang sudah ada bakal mengalami penurunan produksi secara alamiah. Oleh karena itu, pemerintah perlu terus mendorong penemuan cadangan minyak baru.
Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral merekomendasikan dua cekungan yang berpotensi menjadi wilayah kerja minyak dan gas bumi berskala besar di wilayah timur Indonesia.
Kedua wilayah itu berada di lepas pantai, yaitu Cekungan Selaru dan Arafura Selatan.
Selain dua wilayah yang memiliki potensi besar tersebut, Badan Geologi merekomendasikan tiga area terbuka lainnya yang berpotensi menjadi lapangan migas skala besar di kawasan timur Indonesia.
Namun, penemuan lima cekungan itu masih memerlukan survei pendalaman untuk dapat ditawarkan sebagai wilayah kerja eksplorasi kepada kontraktor migas.
Selama 3 tahun terakhir, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sudah menyurvei 27 area terbuka yang dapat direkomendasikan sebagai wilayah kerja migas.
Dari jumlah tersebut, ada lima wilayah yang digadang-gadang sebagai calon lapangan migas skala besar. Kelima wilayah itu berlokasi di kawasan timur Indonesia.
Badan Geologi melakukan kegiatan survei yang meliputi seismik 2D, passive seismic tomography, rembesan mikro, penelitian geologi dan geofisika, serta metode lain.
Setelah melakukan survei tersebut, Badan Geologi merekomendasikan Blok Selaru (Cekungan Aru—Tanimbar), Blok Arafura Selatan (Cekungan Arafura), Blok Boka (Cekungan Akimeugah), Blok Atsy, (Cekungan Sahul) dan Blok Agats Barat (Cekungan Sahul).
Dirjen Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM Djoko Siswanto belum banyak berkomentar soal kapan blok tersebut ditawarkan kepada kontraktor sebagai wilayah kerja migas.
Menurutnya, dari hasil survei Badan Geologi, wilayah cekungan itu masih perlu dilakukan studi lebih detail.
“Perlu dilakukan survei seismik untuk mengetahui lebih dalam,” tuturnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (13/9).
Blok Selaru telah diidentifikasi dengan metode awal eksplorasi. Sumber daya potensial P50 di Blok Selaru untuk skenario gas bumi sebesar 4,8 triliun kaki kubik (tcf) dan skenario minyak sebesar 4.060 juta barel (MMbo).
Berdasarkan hasil akuisisi seismik 2D yang dilakukan Badan Geologi pada 2017 sepanjang 1.600 km di Blok Arafura Selatan, telah diidentifikasi sumber daya migas.
Total sumber daya potensial P50 untuk skenario gas sebesar 7,36 tcf dan skenario minyak sebesar 6144.54 MMbo.
Sumber daya potensi P50 merupkan kelas untuk cadangan migas. Sebagai contoh, sumber daya P1, merupakan cadangan migas yang sudah dapat diproduksi.
Badan Geologi masih melakukan eksplorasi Blok Boka dan Blok Atsy. Di Blok Boka telah diidentifikasi sumber daya potensial P50 untuk skenario gas sebesar 1,1 tcf dan untuk skenario minyak sebesar 930 MMbo.
Blok Atsy telah diidentifikasi memiliki sumber daya potensial P50 untuk skenario gas sebesar 0,9 tcf dan skenario minyak sebesar 750 MMbo.
Beberapa blok lain yang juga memiliki potensi migas a.l. Blok Wamena (263,75 MMbo skenario minyak dan 395,63 miliar kaki kubik (bscf), Teluk Bone Utara (239.79 MMbo minyak dan 1.157,27 bscf gas).
Blok Sahul memiliki potensi minyak 150,75 MMbo dan 180,59 bscf gas), Buru (118,54 MMbo minyak dan 118,13 bscf gas), dan Blok Misool (69,94 MMbo skenario minyak dan 258.79 bscf gas).
Kepala Pusat Survei Geologi Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan bahwa dua potensi lapangan skala besar itu ada di lepas pantai, yakni Blok Selaru dan Arafura Selatan.
“Selanjutnya rekomendasi kami ini diserahkan ke Ditjen Migas karena setelah ditawarkan baru bisa dianggap sebagai WK [wilayah kerja migas]. Dari lima rekomendasi, ada dua yang onshore [di darat], sisanya offshore [lepas pantai],” katanya kepada Bisnis.
Menurutnya, untuk pencarian wilayah kerja baru memang diarahkan ke wilayah timur Indonesia yang selama ini belum banyak terjamah.
Dia mengakui bahwa lempengan Sahul yang juga bagian dari Australian Plate berusia lebih tua sehingga potensi yang akan banyak dilihat adalah gas.
Eko menambahkan, sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memberikan data-data terkait area yang dapat menjadi wilayah kerja migas, khususnya yang ada di timur Indonesia. Namun, selama ini masih banyak rekomendasi Badan Geologi yang terkesan tidak laku dijual untuk ditawarkan sebagai wilayah kerja migas.