Bisnis.com, JAKARTA – Sektor logistik dan transportasi nasional menghadapi sejumlah tantangan yang cukup pelik pada era transformasi digital saat ini. Para pemangku kepentingan diharapkan mampu mengatasi semua hal itu agar tidak tergerus oleh kian tajamnya persaingan.
Beberapa tantangan itu adalah masalah konektivitas dan transparansi informasi. Keduanya dinilai sangat berhubungan erat bagi perusahaan logistik dan transportasi dalam menjalankan transformasi digital berbasis internet of things (IoT).
Para pemangku kepentingan sepakat bahwa kedua tantangan tersebut mesti dicarikan solusi segera untuk mendorong perubahan signifikan dalam menciptakan efisiensi dan meningkatkan produktivitas di sektor logistik dan transportasi.
Berdasarkan keterangan pers yang diterima, Rabu (29/8/2018), kedua masalah tersebut mengemuka dalam diskusi panel keempat di Konferensi Asia IoT Business Platform ke-25 yang mengangkat tema Mendorong Efisiensi Melalui Smart Transport dan Logistik di Jakarta, Selasa (28/8).
Hadir sebagai panelis dalam diskusi panel itu Benny Woenardi, Managing Director Cikarang Dry Port (CDP), Hendra Setiawan, ICT Group Head PT Angkasa Pura 1, Said Badrul Nahar, Country IT Director DHL Supply Chain, yang dimoderatori oleh Edison Lestari, Head of IoT XL Axiata.
Edison menjelaskan bahwa pada 2020 diproyeksikan terjadi revolusi IoT karena sebanyak 50 miliar perangkat elektronik akan terkoneksi dengan IoT. “Semua perangkat akan menjadi lebih pintar dan terkoneksi dengan internet. Adapun, logistik menjadi salah satu sektor yang menerapkan transformasi digital berbasis IoT dengan cepat,” ujarnya.
Benny Woenardi menilai transformasi digital di sektor logistik dan transportasi mesti dilakukan secara terintegrasi di seluruh ekosistem supply chain di Indonesia.
“Menurut kami, sektor logistik dan transportasi di Indonesia harus lebih terbuka dan lebih transparan. Harus saling terhubung dengan menggunakan teknologi digital berbasis IoT. Ini yang menjadi perubahan baru di sektor logistik dan supply chain di Indonesia,” katanya.
Dia menambahkan bahwa Cikarang Dry Port telah berjalan 5 tahun yang mengoneksikan ekosistem logistik dan supply chain mulai dari pelabuhan laut, pelayaran, moda transportasi, hingga menghubungkannya ke Bea Cukai.
“Seperti diketahui, di Tanjung Priok ada 5 perusahaan operator terminal, dan kami hubungkan dengan 25 perusahaan pelayaran, serta berbagi informasi sehingga kami mengetahui secara tepat kapan kapal akan datang ke pelabuhan,” paparnya.
Dengan adanya transformasi digital berbasis IoT, lanjutnya, informasi dan data menjadi lebih transparan dalam ekosistem supply chain sehingga menciptakan efisiensi serta mendorong produktivitas.
“Ini membutuhkan perubahan mindset dari para pelaku industri logistik. Tapi ini akan menjadi new game changer bagi revolusi industri logistik ke depan,” tuturnya.
Hal senada disampaikan oleh Hendra Setiawan yang menilai saat ini Angkasa Pura juga masih berupaya untuk mereduksi hambatan dan tantangan dalam konektivitas dan transparansi data serta informasi di eksosistem transportasi udara.
Dua tantangan berupa integrasi konektivitas dan transparansi data serta informasi menjadi pembahasan menarik dalam Konferensi Asia IoT Business Platform edisi ke-25 yang diselenggarakan pada 28—29 Agustus 2018 di The Ritz Carlton, Jakarta.
Pada konferensi dua hari ini, para stakeholders kunci dalam industry IoT, termasuk pemerintah, penyedia solusi IoT, dan perusahaan pengguna masih berdiskusi tentang bagaimana menghadapi tantangan yang ada dan potensi IoT yang belum dieksplorasi oleh pebisnis di Indonesia.