Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Semua Proyek Reklamasi Feasible

Sebelum berlalunya kuartal II/2018, sejumlah pengembang besar tercatat meluncurkan konsep kota dan kawasan yang berhadapan atau menghadap air yang populer dengan istilah waterfront city. Konsep air di sini tidak hanya sebatas laut, tapi juga bisa jadi sungai atau danau.
Reklamasi Teluk Jakarta/Antara
Reklamasi Teluk Jakarta/Antara

Bisnis.com, JAKARTA-- Sebelum berlalunya kuartal II/2018, sejumlah pengembang besar tercatat meluncurkan konsep kota dan kawasan yang berhadapan atau menghadap air yang populer dengan istilah waterfront city. Konsep air di sini tidak hanya sebatas laut, tapi juga bisa jadi sungai atau danau.

Mengembangkan waterfront bisa dilakukan melalui konservasi, penataan waterfront lama yang sampai saat ini masih dapat dinikmati. Selanjutnya pembangunan kembali (redevelopment), dengan menghidupkan kembali fungsi-fungsi waterfront lama baik mengubah atau membangun kembali fasilitas yang ada ataupun menciptakan waterfront baru yang memenuhi kebutuhan kota dengan cara mereklamasi pantai.

Dari sisi pengembang, untuk lebih banyak menggarap reklamasi ke depannya, tampaknya masih akan tentatif. Lantaran, pertama, lokasi yang saat ini feasible untuk pengerjaan reklamasi tidak banyak yang menarik bagi pengembang.

Sinyo Pelealu, Associate Director Ciputra Group mengatakan jika terlalu dalam lautnya, juga belum tentu menguntungkan karena biaya menguruknya kian mahal. Dampaknya harga jual proyek kian tinggi yang belum tentu direspon baik oleh konsumen.

Belum lagi bergantung pada izin dari pemerintah yang tidak sembarangan diberikan karena harus mempertimbangkan semua dampak secara masak-masak.

“di Losari sudah tidak ada lahan, kalau harus beli dari tangan kedua pasti mahal sekali, padahal kalau buat usaha hotel bagus dari sisi lokasi. Kalau harus membebaskan lahan masyarakat juga sudah mahal sekali. Pada kondisi itu jika lokasi bagus, lahan tidak ada tapi masih ada permintaan pembangunan, maka baru feasible untuk dibangun reklamasi,” katanya kepada Bisnis Senin (4/6/2018).

Sinyo Pelealu, menjelaskan reklamasi yang kini dilakukan bukanlah memperluas daratan yang menjorok ke laut dan menghubungkan langsung dengan daratan lama. Melainkan dengan meloncat 100 meter persegi –150 meter persegi dari pinggir pantai untuk kemudian dibangun pulau baru, supaya tak menyumbat penyerapan air dari daratan lama dan mencegah timbulnya banjir. Untuk menuju pulau reklamsi itu pun harus melewati jembatan.

Selain itu, pembangunan ini bisa tercipta karena mengikuti program pemerintah yang ingin menciptakan kawasan strategis bisnis baru di Makassar. Pasalnya saat ini susah mencari lahan di lokasi jantung kota, tidak jauh dari kota lama. Akses infrastruktur juga cukup baik. Di sisi lai, jika menggarapnya di lokasi pinggiran tidak menjamin bahwa kegiatan bisnis berkembang baik.

Sinyo melanjutkan untuk Makassar, Losari letaknya di pusat kota, sehingga tak mengherankan semua kegiatan usaha juga berawal dari sana. Namun sayangnya kota itu sudah terlalu padat pemukiman yang menyebabkan pemerintah mengalihkan ke Panakkukang. Namun wilayah itu juga kian padat sehingga tak ada ruang berekspansi bisnis.

“Pemerintah ingin menciptakan bisnis baru dengan lapangan kerja baru. Maka dengan reklamasi oleh swasta merupakan win-win solution bisa menciptakan lapangan kerja baru sekaligus pemerintah bisa dapat lahan untuk area publik baru di tengah kota,”katanya.

Pengembangan kawasan bisnis baru di lahan reklamasi, kata dia, konsekuensinya adalah biaya pengembangan yang tinggi. Miaslkan saja untuk menyewa kontraktor dan melakukan pengurukan. Dia menekankan untuk mengembangkan pulau dan semua kelengkapannya dapat stabil terhadap masalah-masalah alam, maka harga jual propertinya juga tinggi, dan lebih menarik segmen atas dan belum bisa menyasar segmen menengah dan bawah.

Bahkan dia menyebut, penjualannya dari CPI saat ini telah mencapai sekitar 200 unit dan ditargetkan sampai akhir tahun ini bisa menambah sekitar 50 unit. Tak mengherankan harga jual yang dipatok mulai dari Rp2,5 miliar. Penjualan ini, sebut dia,cukup baik tapi untuk menutupi biaya yang dikeluarkan masih cukup jauh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper